Rabu, 19 Oktober 2016

Bayan Syuro H. Cecep Firdaus

Bayan Syuro H. Cecep Firdaus : Maksud Hidup Manusia
Bayan H. Cecep Firdaus
Syuro Indonesia
Mesjid Jami Kebon Jeruk

Asskm Wr Wb.
Di dunia ini ada berbagai macam usaha, ada yang namanya usaha perdagangan, pertanian, pertokoan, perindustrian, perbaikan kesehatan, dan lain-lain. Namun dari sekian banyak usaha yang ada, usaha yang paling tinggi, yang paling mulia, dan paling bernilai disisi Allah adalah usaha para Nabi. Usaha Nabi ini adalah usaha pilihan. Sehingga begitu tingginya, begitu mahalnya,
begitu mulianya usaha para Nabi ini maka hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menjalankan usaha ini dan jumlahnya tidak banyak. Jadi orang yang bisa menjalankan tugas ini hanyalah orang-orang pilihan Allah saja. Sedangkan usaha selain usaha Nabi ini jumlah orang yang terlibat di dalamnya sangat banyak bahkan tidak terhitung jumlahnya. Dari jaman Nabi Adam AS sampai sekarang berapa banyak yang menjadi petani, pedagang, pengusaha, pejabat, dokter, bahkan raja sekalipun ? jawabnya jumlahnya banyak, tidak terhitung. Tapi usaha Nabi ini jumlah orang yang mengambilnya terbatas hanya ada 124.000 Nabi.
Kalau usaha-usaha yang lain objek dari usahanya adalah kebendaan. Seperti :
1. Pertanian : Object usahanya adalah tanaman
2. Perdagangan : Object usahanya adalah barang
3. Industri : Object usahanya adalah bahan olahan
4. Teknologi : Object usahanya adalah mesin / alat
5. Dan lain-lain
Tetapi usaha nabi ini berbeda dengan usaha-usaha yang lain, objek usahanya bukan kebendaan, objek usahanya adalah manusia. Medan kerja daripada para Nabi itu adalah manusia. Bekerja atas manusia, inilah pekerjaan yang paling tinggi. Karena kedudukan manusia dalam kehidupan ini seperti jantung pada badan manusia atau seperti kedudukan hati dalam badan kita. Sebagaimana Nabi sabdakan kepentingan daripada hati ini, dalam hadits mahfum :
“ Dalam setiap tubuh manusia ini ada segumpal daging. Kalau daging ini baik maka akan baik seluruh tubuhnya. Kalau daging ini buruk maka akan buruk seluruh tubuhnya. “ (Al Hadits )
Apakah yang dimaksud dengan segumpal daging itu ? itulah Hati. Kalau hati manusia itu baik, maka akan baik seluruh amal perbuatannya. Kalau hati manusia itu buruk, maka akan buruk seluruh amal perbuatannya. Begitulah kehidupan yang baik dan tidak baik dalam dunia ini bukan disebabkan karena kemajuan dari pada kebendaan-kebendaan tetapi bergantung pada manusianya. Kalau manusia ini baik maka dunia ini akan menjadi baik keadaannya. Kalau manusia ini buruk maka dunia ini akan menjadi buruk keadaannya. Untuk memperbaiki keadaan di dunia, para Nabi membuat usaha perbaikan atas manusia. Sebab keburukan-keburukan yang ada atau yang terjadi di dunia ini akibat daripada amal-amal buruk manusia. Firman Allah Mahfum :
“Telah terjadi kerusakan-kerusakan di daratan dan di lautan di sebabkan oleh perbuatan (amal buruk) manusia.” (Al Qur’an )
Orang menyebutkan sekarang ini jaman kemajuan. Padahal kalau diperhatikan kemajuan yang ada pada jaman ini adalah kemajuan daripada kebendaan. Kalau kita perhatikan manusianya sendiri telah merosot kepada derajat yang sangat rendah dan hina. Kebendaan diperjuangkan oleh manusia pada hari ini, dari tidak berharga menjadi berharga, dari tidak bermanfaat dari bermanfaat, dari tidak indah menjadi indah. Inilah kerja manusia di jaman ini, yaitu merobah memajukan daripada kebendaan. Tapi manusia tidak sadar, dirinya sendiri telah merosot menjadi rendah dan hina. Ini terjadi karena kita sudah meninggalkan daripada usaha kenabian yaitu usaha perbaikan atas pada manusia. Yang mana usaha kenabian ini telah diamanahkan, dan diwariskan kepada ummat Nabi Muhammad SAW. Setelah Nabi SAW wafat sampai hari kiamat tidak akan ada lagi Nabi, tetapi usaha kenabian ini harus tetap ada. Dan usaha ini karena Nabi SAW sudah tidak, maka telah dilimpahkan kepada kita semua yang mengaku sebagai ummat Nabi SAW. Tetapi masalahnya kita sudah meninggalkan daripada usaha ini, sibuk atas kebendaan-kebendaan. Sehingga kebendaan pada jaman ini mengalami kemajuan daripada jaman-jaman sebelumnya. Namun manusianya telah merosot hingga kederajat yang rendah dan hina. Hanya tampang dan jasadnya saja manusia, tetapi akhlaqnya dan amal perbuatannya merosot hingga menjadi seperti hewan, bahkan lebih rendah dan lebih hina daripada hewan.
Maulana Said Ahmad Khan, seorang ulama, yang tinggal di Madinah menceritakan dulu di Madinah ada seorang ulama dia bermimpi berada di pasar. Dan di pasar itu banyak barang-barang diperjual belikan dan banyak juga manusia hilir mudik sebagai penjual dan pembeli. Namun di dalam mimpinya itu, ketika ulama ini menghadapkan wajahnya, melihat ke langit, dilihatnya langit itu seperti cermin memantulkan bayangan yang ada dibawah. Semua barang-barang yang diperjual belikan dibawah ini yaitu dipasarnya, semuanya ada terlihat di cermin tersebut. Tetapi yang heran, manusia-manusia yang sebagai penjual dan pembeli yang ada disitu, tidak ada atau tidak nampak pada cermin itu, yang ada hanya hewan-hewan. Yang ada pada cermin dilangit itu adalah monyek, ular, babi, dan lain sebagainya. Maka keesokan harinya si ulama ini pergi bertanya pada ulama yang lain mengenai apa arti atau makna mimpi tersebut. Ulama yang ditanya menjawab bahwa itulah manusia di jaman sekarang, jasadnya manusia tetapi hati dan akhlaqnya sudah berubah menjadi seperti binatang.
Manusia kalau tidak diperjuangkan maka dia akan merosot menjadi rendah dan hina. Kata Ulama karena manusia ini diciptakan daripada unsur tanah, maka manusia ini mempunyai kesamaan sifat dengan tanah. Apa sifat tanah ?
Tanah kalau tidak digarap mempunyai 4 fase :
1. Fase ditumbuhi rumput-rumputan –> Binatang ternak : sapi, kambing
2. Fase ditumbuhi ilalang / semak belukar –> Binatang buas : singa, macan, srigala
3. Fase ditumbuhi pepohonan –> Binatang perusak : monyet, babi
4. Fase Hutan Belantara –> Binatang berbisa : ular, kalajengking
Kalau tanah ini tidak digarap atau diusahakan maka diatasnya akan tumbuh rumput-rumputan. Kalau diatas tanah itu tedapat rumput-rumputan maka yang datang kepada tanah itu adalah binatang ternak, seperti : kambing, sapi, kerbau, yaitu pemakan rumput. Begitulah keadaan manusia ini kalau tidak diperjuangkan, dia sifatnya akan seperti binatang ternak. Apa sifat binatang ternak ? sifat binatang ternak itu “Egois” dan dzikirnya “Makan”. Hanya memikirkan makan saja, sehari-hari hanya memikirkan makan saja. Dan ketika makan itu dia tidak akan memikirkan nasib teman-temannya., tetangganya, kerabatnya, yang penting dia kenyang sendiri. Ketika makan dia tidak punya ethic atau adab, ini rumput dia atau rumput temannya sama saja. Apa yang dia suka itu yang di makan, walaupun rumput itu ada didepan temannya. Kalau temannya kelaparan dia tidak ada niat untuk memberi atau mengasih kepada yang kelaparan itu. Dia tetap saja akan makan sendiri. Kalau ada temennya sakit tidak ada usaha untuk menengok atau mengusakan kesembuhan untuk temannya. Kalau sama-sama diperjalanan, kawannya membawa beban yang berat, sehingga kawannya terjatuh tidak kuat berjalan, dia tidak akan berhenti dan menolong temannya yang terjatuh atau memindahkan beban barang untuk ditanggung sebagian. Dia akan tinggalkan kawannya dan terus berjalan tidak peduli dan tidak acuh pada penderitaan temannya. Walaupun kawannya jatuh dan mati dia tidak akan ambil peduli. Itulah sifat daripada binatang ternak. Begitulah kata ulama jika manusia ini tidak diperjuangkan, maka akhlaq atau sifatnya akan menurun menjadi seperti binatang ternak. Dia hanya akan mementingkan diri sendirinya saja, tidak peduli kepada yang lain, yang penting dia kenyang sendiri dan senang sendiri, yang lain susah tidak perlu dipikirkan. Tidak ada program untuk menolong atau membantu teman atau tetangga yang kesusahan, hanya mementingkan diri sendiri saja. Orang lain mederita atau sakit tidak ada usaha untuk menengok, menghibur, atau menyembuhkannya. Orang lain bebannya berat tidak peduli atau tidak mau menolong membantu meringankan daripada kesusahannya. Kalau kita lihat manusia-manusia yang seperti ini sudah wujud atau sudah ada di dunia ini. Dan sudah banyak yang akhlaqnya seperti ini.
Kalau tidak diperjuangkan lagi, tidak digarap, maka padang rumput itu akan berubah menjadi semak belukar, menjadi padang alang-alang. Dan ketika sudah berubah menjadi padang ilalang maka yang akan datang adalah bukan lagi binatang ternak, tetapi binatang buas seperti singa, harimau, srigala. Binatang buas seperti itu suka pada padang ilalang. Dan sifat-sifat binatang buas ini lebih buruk daripada sifat binatang ternak. Kalau binatang ternak tadi sifatnya egois, mementingkan diri sendiri, tetapi dia tidak merusak kepada yang lain. Kalau binatang buas ini untuk kepentingan dirinya, untuk mengenyangkan dirinya, dia binasakan hewan yang lain. Singa ini menerkam kuda, kambing, kerbau, rusa, menerkam binatang-binatang yang lain, untuk memenuhi daripada kebutuhannya. Maka begitu juga jika diri manusia ini jika tidak diperjuangkan maka dia akan merosot akhlaqnya seperti akhlaq binatang buas. Untuk kepentingan dirinya dia hancurkan yang lain, dan dia binasakan yang lain. Yang semacam ini sudah kita lihat banyak pada diri manusia saat ini. Bentuknya manusia tetapi sifatnya seperti binatang buas. Pekerjaannya membinasakan, menghancurkan, menyusahkan kehidupan daripada yang lainnya, untuk kepentingan dari pada dirinya.
Jika tanah itu tidak digarap lagi maka yang tumbuh berikutnya setelah padang ilalang akan tumbuh pohon-pohon yang tinggi-tinggi. Kalau pohon yang tinggi-tinggi sudah tumbuh, maka akan masuk ke hutan yang semacam itu binatang-binatang jenis perusak. Seperti monyet, babi, yang sukanya ditempat yang semacam itu. Binatang ini adalah sifatnnya lebih buruk daripada binatang buas. Kalau binatang buas itu seperti singa kalau udah kenyang makannya, maka dia tidak akan mengganggu yang lain. Walaupun kerbau lewat di hadapannya, ada disampingnya, dia tidak akan terkam, kalau sudah kenyang dia cukup. Begitu juga jenis buaya, kalau lapar datang ke kubangan tempat kerbau minum air, maka dia akan terkam kerbau yang ada disitu, lalu dimakan ramai-ramai. Kalau buaya ini sudah kenyang maka walaupun kerbau itu mandi sama-sama dengan buaya tidak akan di terkam, dan tidak diganggu. Tetapi kalau binatang perusak semacam monyet dan semacam babi tidak seperti itu. Kalau monyet atau babi ini datang ke kebon orang, mungkin yang dimakan tidak banyak, tetapi satu kebun diacak-acak oleh dia walaupun tidak dimakan. Itulah sifat binatang perusak. Maka para petani banyak dijengkelkannya dan dirugikannya. Kalau hanya sekedar untuk makan si monyet dan si babi, bagi petani tidak jadi masalah, tetapi masalahnya walaupun sudah cukup makan tetapi yang lain dirusaknya semua. Hari ini manusiapun sudah banyak yang bersifat seperti itu. Tidak cukup dengan mengenyangkan isi perutnya saja, tetapi baru puas ketika melihat orang lain susah, melihat orang lain sengsara. Jika kita tidak berjuang atas manusia maka akan timbul manusia yang seperti ini.
Kalau tanah dibiarkan lagi tidak digarap, maka hutan ini akan menjadi hutan belantara, tumbuh pohon-pohon besar yang rindang-rindang sehingga menyebabkan hutan menjadi lembab dan sinar matahari tidak dapat masuk. Maka di tempat-tempat seperti ini akan hidup binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan sebagainya. Sifat binatang ini lebih buruk daripada sifat binatang lainnya tadi. Seperti ular jika dia mematuk binatang yang lain bukan untuk dimakan tetapi hanya untuk kebanggaan saja. Jika ular itu mematuk kerbau, maka tidak untuk dimakan kerbau itu, tetapi si ular bangga bisa membunuh kerbau yang besar dengan bisanya itu. Kerbau tersebut ditinggalkan begitu saja dan tidak dimakan oleh si ular. Hanya untuk kebanggaan, hanya untuk kesenangan, hanya untuk kepuasan hati, dibinasakannya binatang-binatang yang lain oleh ular. Begitu juga jika manusia tidak diperjuangkan akan sampai ke tahap itu. Manusia macam ini hanya untuk iseng saja demi kesenangan dia semata, mampu membinasakan, merugikan, dan menghancurkan daripada yang lain. Dan orang-orang yang semacam inipun sudah banyak di dunia ini. Inilah yang terjadi jika kita meninggalkan usaha atas diri manusia ini.
Salah seorang professor di bandung mengkritik tentang pola kehidupan orang-orang di jakarta. Dia katakan bahwa di jakarta ini masyarakatnya berlapis-lapis, bertingkat-tingkat. Tetapi pada umumnya kata dia semuanya hanya fikir makan saja di semua lapisan. Lapisan lapisan itu adalah :
1. Lapisan Bawah ( Penghasilan kurang : kuli, tukang becak, pegemis ) : “Besok saya bisa makan atau tidak ? saat itu dapat makan, saat itu dihabisin makanannya, tergantung penghasilannya hari itu.
2. Lapisan Menengah ( Penghasilan cukup ) : “Besok makan apa kita ?”mungkin karena sudah bosan tidak mau memakan makanan yang sama, harus beda tiap harinya. Hari ini makan sayur asam, besok dia fikir bagaimana mendapatkan sop. Jadi ada makanannya hanya jenisnya yang lain.
3. Lapisan Atas ( Penghasilan orang yang Kaya ) :”Besok akan makan dimana kita ?” sudah bosan di restoran ini dia akan cari restoran yang lain, tidak bisa makan di restoran yang sama tiap harinya.
4. Lapisan Akhir ( Penghasilan dari Kedzoliman ) : “Besok siapa lagi yang bisa gua makan ?” Dia fikir makan tetapi dari mendzolimi orang lain. Tiap hari yang dipikirin bagaimana makan orang ? artinya bagaimana dia dapat memeras orang atau dapat menggencet orang ? otaknya otak kriminal, maunya menyusahkan orang lain, bahkan orang macam ini jangankan teman, keluarganyapun dia makan.
Ali Karamallah Wajhahu berkata kalau manusia itu fikirnya hanya memikirkan apa yang akan masuk kedalam perutnya maka derajatnya disisi Allah sama dengan apa yang telah dikeluarkan dari perutnya. Beginilah hasilnya jika manusia tidak diperjuangkan yaitu mereka akan menjadi rendah dan hina. Derajatnya di sisi Allah seperti apa yang dikeluarkan perutnya yaitu kotoran, tidak ada nilai, rendah, bahkan tidak pantas untuk dilihat atau dipandangi. Hari ini banyak orang-orang yang menganggap bahwa kehidupan orang-orang kafir itu tinggi, padahal kalau diperhatikan kehidupan mereka tidaklah tinggi seperti yang mereka perkirakan. Sifat daripada orang kafir yang tidak beriman ini, kehidupan daripada keduniaannya itu tinggi-tinggi, tetapi fikirnya daripada orang kafir itu rendah. Jadi orang kafir ini keduniaannya tinggi, namun fikirnya rendah. Orang kafir ini pola kehidupan yang ideal bagi mereka adalah rumah yang bagus, pakaian yang indah, mobil yang mewah, makanan yang enak, tetapi fikirnya rendah yaitu fikir kebendaan saja. Namun orang beriman ini kehidupan daripada keduniaannya rendah-rendah, tetapi fikirnya tinggi. Orang beriman ini pola kehidupannya sangat sederhana dari makanan, pakaian, transportasi, rumahnya, tetapi fikirnya tinggi. Bagaimana fikirnya orang beriman ? yaitu bagaimana dirinya dan seluruh manusia dapat selamat dari adzab Allah di dunia dan di akherat. Itulah fikir dan sifat atau pola hidup daripada orang beriman.
Kejadian-kejadian yang ada di dunia ini yang disebabkan oleh manusia yang telah menjadi rendah akhlaq dan prilakunya adalah tanggung jawab kita semua, selaku umat Rasullullah SAW. Karena kita telah tinggalkan daripada usaha atas manusia maka hal-hal yang semacam : saling bunuh membunuh, saling memerangi, saling merampok, telah terjadi pada manusia saat ini. Sehingga susah mendatangkan kedamaian dan keamanan yang hakiki. Ini karena kita telah tinggalkan usaha kenabian ini. Kalau usaha kenabian ini dihidupkan lagi maka manusia akan naik derajatnya disisi Allah. Seperti ketika sebelum diutusnya Rasullullah SAW, kehidupan di Hijaj sangat rendah sekali, sudah seperti kehidupan hewan saja. Bunuh membunuh, terkam menerkam, satu sama lain sudah menjadi biasa. Bahkan sifat dan kelakuan mereka sudah lebih rendah daripada binatang ternak, lebih rendah daripada binatang buas, lebih rendah daripada binatang perusak, bahkan lebih rendah daripada binatang berbisa. Itulah kehidupan jahilliayah di mekah sebelum kedatangan Nabi SAW. Kata Ulama untuk berjudi saja, dipertaruhkan nyawa manusia., mereka bertaruh main tebak-tebakan mengenai isi kandungan dari wanita hamil yang baru saja lewat didepan mereka, “Apakah janin yang ada dalam perut wanita hamil itu adalah laki-laki atau perempuan ?” Untuk membuktikan ini, si perempuan itu dibelah perutnya, dibunuh hanya untuk iseng saja, dijadikan medan perjudian. Kehidupan manusia hanya dijadikan sebagai bahan permainan. Biasa saja bagi mereka membinasakan, dan mensengsarakan daripada kehidupan orang lain. Begitu buruknya kehidupan manusia saat itu.
Sehingga Allah utus Rasullullah SAW untuk membuat usaha atas mereka yang kehidupannya sudah begitu rendah. Diusahakan secara terus menerus oleh Nabi SAW, maka kehidupan mereka meningkat, yang jasadnya manusia tetapi sifatnya adalah sifat malaikat. Apa itu sifat malaikat ? yaitu taat pada Allah SWT, hanya menjalankan perintah Allah saja, kerjanya ibadah saja kepada Allah. Ini karena malaikat itu tidak punya nafsu, mereka tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak punya istri, kerjanya hanya ibadah saja kepada Allah. Manusia ini kalau diperjuangkan bukan dia berarti dia berubah menjadi malaikat tetapi maksudnya dia akan memiliki sifat malaikat, yaitu sifat taat kepada Allah SWT. Jadi Malaikat ini diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala saja, taat saja tidak bisa yang lainnya. Dan untuk ini pula manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala, dalam Mahfum Firman Allah :
“Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah (menngabdi) kepadaKu.”
Ini akan terjadi jika manusia ini diusahakan dengan usaha atau kerja kenabian. Rasullullah SAW telah berhasil merubah mereka dari mempunyai sifat kehewanan yang wujud dalam diri mereka meningkat menjadi memiliki sifat malaikat. Sehingga sahabat-sahabat RA menjadi terasa nikmat dalam beribadah kepada Allah Ta’ala. Walaupun jasadnya jasad manusia tetapi sifatnya seperti malaikat. Banyak diantara sahabat RA yang mengorbankan sifat hewannya. Mereka banyak mengurangi makannya dan mengurangi tidurnya demi memperbanyak beribadah kepada Allah Ta’ala. Banyak diantara mereka sedikit saja tidurnya diwaktu malam karena mereka menggunakan waktu malamnya hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Bahkan ada diantara mereka yang semalam suntuk tidak tidur hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Itu dapat terjadi setelah diusahakan oleh Nabi SAW dengan usaha kenabian maka telah terjadi perubahan dalam diri mereka. Walaupun jasadnya jasad manusia tetapi sifatnya seperti sifat malaikat.
Nabi SAW terus lagi dan lagi mengusahakan manusia ini agar meningkat derjatnya. Sehingga naik lagi derajatnya yang tadinya hanya memiliki daripada sifat malaikat yaitu hanya sifat taat saja, menjadi memiliki sifat khilafah, kekhalifahan. Untuk ini pula Allah ciptakan manusia dimuka bumi yaitu sebagai Khalifah Allah di muka bumi ini. Sebagaimana Allah ceritakan dalam Al Qur’an, Allah berfirman mahfum :
“Waktu Allah berkata kepada para malaikat-malaikatnya : Aku akan ciptakan dimuka bumi khalifah yaitu manusia “
Maksud diciptakan manusia ini yaitu sebagai Khalifatullah, Khalifah atau Wakil Allah, di muka bumi. Dan maksud dijadikan sebagai Khalifatullah ini bukan ditafsirkan sebagaimana kebanyakan orang yang menyangka menjadi penguasa. Tetapi maksud dari menjadi khalifatullah ini adalah mewakili sifat-sifat Allah dimuka bumi. Kalau dengan ibadah ini mewakili sifat malaikat tetapi dengan menjadi khalifah ini mewakili sifat Khaliq atau sifat Allah SWT, daripada sifat JamalNya. Allah SWT mempunyai 99 sifat atau nama. Dari sifat-sifat atau nama-nama ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu ada Sifat JamalNya Allah dan ada Sifat JalalNya Allah. Yand dikehendaki oleh Allah dari diri manusia ini adalah mewakili daripada sifat JamalNya Allah Ta’ala, bukan Sifat JalalNYa Allah Ta’ala. Ini karena sifat JalalNya Allah Ta’ala adalah sifat kebesaranNNya Allah Ta’ala yaitu sifat sombong dan takabur, ini hanya boleh dimiliki oleh Allah Ta’ala saja, tidak boleh ditiru oleh manusia atau mahluk lainnya. Seperti sifat memaksa, Al Kohar, sifat tinggi / mulia, Al Muttakabbir, ini sifat JalalNya Allah Ta’ala. Tetapi yang Allah perintahkan kepada kita adalah meniru, mewakili, daripada sifat-sifat JamalNya Allah Ta’ala, yaitu sifat Rahman dan RahimNya Allah Ta’ala. Seperti sifat pengasih dan penyayangNya Allah Ta’ala, lemah lembut, pemaaf, penolong, penjaga, pemberi, sifat ini yang harus kita tiru. Maksud dijadikannya kita sebagai khalifah adalah agar kita bisa mewakili sifat-sifat Allah ini dimuka bumi. Allah itu pemberi, maka sebagai wakil Allah kitapun harus mempunyai sifat pemberi juga. Allah itu penyayang, maka kita juga harus mempunyai sifat penyayang. Allah itu penjaga maka kitapun juga harus mempunyai sifat menjaga bukannya merusak. Allah itu mempunyai sifat penolong maka kitapun juga harus suka menolong yang lainnya. Allah itu pemaaf, maka kitapun juga harus bisa menjadi pemaaf. Allah itu mempunyai sifat menutupi kesalahan orang, maka kitapun juga harus bisa menutupi kesalahan orang. Sifat-sifat inilah yang dikehendaki oleh Allah, yang harus dimiliki oleh manusia. Namun ini akan terjadi kalau ada yang melanjutkan usaha kenabian atas manusia.
Setelah Nabi SAW buat kerja secara terus menerus, menjalankan usaha kenabian ini, maka nampaklah perubahan dalam diri manusia. Sehingga manusia-manusia yang jahil tadi berubah, dari yang tadinya mempunyai sifat membinasakan orang lain menjadi mempunyai sifat suka menyelamatkan orang lain. Sahabat-sahabat Itu, mereka mempunyai sifat yang tinggi, mereka rela menyusahkan dirinya untuk kepentingan daripada menyelamatkan dan menyenangkan orang lain. Banyak diceritakan dan ditulis dalam kitab-kitab Agama kisah-kisah tentang perbuatan dan akhlaq sahabat yang mulia. Bahkan Allah telah memuji sifat-sifat mereka di dalam Al Qur’an. Keadaan ini dapat terjadi setelah Nabi SAW berjuang atas perbaikan dalam diri mereka. Menurut ulama, dengan sifat ibadah ini adalah menarik apa yang kita inginkan daripada Khazanah Allah. Menarik apa yang ingini daripada Khazanah Allah itu adalah yang namanya ibadah. Melalui sholat, puasa, doa, mohon kepada Allah apa yang kita inginkan daripada khazanah Allah itulah yang dinamakan ibadah. Adapun dengan akhlaq, yaitu dengan sifat kekhalifahan, kita memberi kepada yang lain. Jadi menurut ulama :
1. Meminta kepada Allah itu :
Namanya Ibadah ( Mewakili Sifat Malaikat ) : Sholat, Puasa, Do’a
2. Memberi kepada mahluk :
Namanya Akhlaq ( Mewakili Sifat Kekhalifahan ) : Sedekah, Khidmat, Maaf
Jadi diciptakannya manusia ini untuk Ibadah yaitu mengabdi dan taat hanya kepada Allah. Dan diciptakan manusia juga untuk Kekhalifahan yaitu untuk akhlaq atau mewakili sifat-sifat JamalNya Allah. Allah itu senang kalau kita minta dan terus kita memohon kepadaNya. Sedangkan mahluk itu akan senang kalau kita beri, kalau kita bantu, kalau kita tolong, kalau kita maafkan, kalau kita sayangi. Kalau kita sudah memiliki sifat itu maka kita akan disenangi oleh Allah dan disenangi oleh mahluk lain.
Note Penulis :
1. Asbab Kemuliaan adalah Meminta pada Allah dan Memberi pada Manusia
2. Asbab Kehinaan adalah Lari dari Allah dan Meminta pada Manusia
Asbab kemuliaan itu adalah jika Allah memberi kita kekuatan untuk berdo’a dan selalu dalam keadaan bergantung dan meminta kepada Allah. Sedangkan asbab kehancuran adalah jika Allah telah cabut dari kita keinginan dan kekuatan untuk berdo’a kepada Allah. Ini karena do’a adalah senjatanya orang beriman, jika senjata kita telah Allah ambil bagaimana kita bisa selamat dari dunia ini. Jika kita suka memberi kepada manusia maka manusia akan cinta kepada kita. Jika kita suka meminta kepada manusia maka mereka akan membeci kita. Meminta kepada manusia atau kepada mahluk adalah asbab kehinaan. Meminta kepada manusia akan mendatangkan kekecewaan, sedangkan meminta kepada Allah akan mendatangkan harapan dan dijamin tidak akan mengecewakan. Allah tidak pernah mengecewakan mahluknya, tetapi kitalah yang selalu mengecewakan Allah.
Tetapi kata ulama bahwa tidak mungkin manusia ini mempunyai sifat akhlaq yang sebetulnya, sebelum dia bisa menarik apa yang ada dari khazanah Allah Ta’ala. Jadi kalau ibadahanya belum betul dengan kata lain tidak bisa menarik daripada apa yang ada dalam khazanah Allah Ta’ala, maka tidak mungkin dia bisa memiliki daripada akhlaq yang hakiki. Kalau kita lihat sekarang, ada juga akhlaq, tetapi bukan seperti akhlaq para nabi dan sahabat. Dalam usaha bisnis ada juga akhlaq, seperti ketika kita naik kapal terbang, pramugari melayani kita, memberi makan, memberi minum, nanya kepada kita,” Mau perlu apa lagi ?” inilah kebailkan dan akhlaq yang ditunjukkan pramugari. Tetapi kata Maulana Umar Rah.A, begitu penumpang turun dari pesawat, kita yang tadi dilayani, begitu melihat kita tidak akan dipedulikan oleh si prmugari. Hanya ketika bertugas saja, walaupun tidak diminta dia akan melayani kita. Begitu juga perusahaan jasa atau perdagangan, ketika sedang kedatangan tamunya untuk membeli barang perusahaan tersebut. Maka semua pegawainya akan melayani dan berusaha menyenangkan tamu tersebut. Di Iqrom oleh perusahaan tersebut, diberi hadiah, diundang makan, disediakan kendaraan, tetapi ini hanya karena ada maksud yaitu ingin mengambil keuntungan daripada tamu perusahaan tersebut. Ini bukanlah akhlaq, tetapi yang namanya akhlaq itu adalah berusaha berbuat kebaikan kepada orang lain hanya demi mendapatkan RidhoNya Allah Ta’ala. Kata para ulama Iqrom yang sebenarnya adalah kita berbuat baik kepada orang lain bukan untuk dengan tujuan untuk menyenangkan orang itu, tetapi tujuannya tetap untuk menyenangkan Allah Ta’ala. Niat hanya untuk mencari Ridho Allah, mencari daripada kesenangan Allah Ta’ala, inilah orang yang mempunyai sifat Khilafah, sifat Akhlaq.
Namun untuk bisa meningkatkan derajat disisi Allah menjadi lebih tinggi lagi diperlukan ketahanan dan kesabaran, karena akan datang banyak cobaan-cobaan daripada Allah Ta’ala. Maksud daripada ujian ini adalah bukannya untuk menyusahkan kita tetapi untuk menaikkan derajat kita. Sebagaimana dikantor kalau ingin menaikkan jabatan seseorang diberikan ujian tujuannya bukan untuk menyusahkan tetapi untuk menaikkan derajat atau pangkat dia. Diberikan ujian kepadanya, kalau dia lulus baru dinaikkan derajatnya atau statusnya. Jadi tujuan daripada ujian tersebut bukan maksudnya untuk menyusahkan. Begitu juga jika datang kepada kita kesusahan-kesusahan dan kesulitan-kesulitan, maksud Allah bukan untuk menyusahkan kita tetapi Allah ingin mengangkat atau menaikkan derajat atau maqom kita. Kepada orang-orang yang menjalankan usaha agama ini akan datang berbagai macam ujian dan berbagai macam kesusahan kepada kita. Tetapi maksud utamanya adalah bukan untuk menyusahkan kita, melainkan untuk menaikkan derajat kita. Dengan kesusahan dan kesulitan, Allah inginkan kita menjadi orang yang sabar dan tahammul, bukan orang yang mudah putus asa.
Note dari penulis :
Dengan kesulitan dan kesusahan, seseorang dapat menjadi manusia yang lebih baik asal dia punya kesabaran. Namun jika dia menyerah, berputus asa dari rahmat Allah, ketika diberi ujian atau cobaan maka dia akan kehilangan segalanya. Ini disebabkan ketika dia menyerah maka berhentilah apa yang diusahakannya, tidak ada usaha, yang ada hanya kemunduran atau kehancuran. Seperti seorang ilmuwan yang sedang berusaha menemukan alat atau mesin. Ketika dia gagal dan putus asa, maka seluruh usaha yang dia curahkan selama ini akan sia-sia saja dan mesin itu akan hancur jika tidak diusahakan. Namun jika dia sabar dan tahan uji, maka dia akan berfikir terus untuk memperbaiki keadaan, memperbaiki kesalahannya, dan terus berusaha atas penemuan mesinnya itu, hingga sukses. Inilah yang namanya peningkatan kualitas, yaitu ketika seseorang belajar dari pengalaman untuk menjadi yang lebih baik. Dengan kesusahan dan kesulitan, manusia ini akan berfikir dan akan meningkatkan kemampuannya menjadi manusia yang lebih baik agar dia tidak melakukan kesalahan yang sama. Tetapi jika manusia ini senang melulu dia akan lalai, lengah, tidak waspada, dan tidak akan mampu untuk berpikir karena tidak pernah susah. Jadi kesulitan dan kesusahan ini dengan kesabaran dapat meningkatkan qualitas dan mutu daripada manusia itu sendiri. Kesabaran menghadapi kesulitan dan kesusahan karena agama Allah inilah yang dinamakan Pengalaman Iman. Inilah maksudnya yang dikatakan dalam suatu riwayat bahwa Allah menyukai orang beriman yang kuat bukan yang lemah. Dia kuat dalam arti sabar dan tahan uji, bukan orang beriman yang lemah dan mudah putus asa dari rahmat Allah.
Sabar ini adalah salah satu daripada sifat Allah, As Shabur. Jadi Allahpun menghendaki kita agar mempunyai sifat sabar, sehingga datanglah kepada kita bermacam-macam ujian. Allah ingin melihat kalau kita tetap istiqomah dalam taat kepada Allah. Jika orang itu mampu istiqomah taat kepada Allah dalam keadaan apapun baru orang itu dapat dikatakan sabar. Yang dikatakan sabar itu bukanlah orang yang tenang tidak dalam keadaan tidak ada apa-apa, maksudnya tidak ada kesulitan dan ujian atas nafsu. Seorang suami berkelakar, “Istri saya ini sabar sekali, kalau bulan muda, tetapi kalau sudah bulan tua sudah tidak sabar lagi. “ Istri ini kalau bulan muda masih ada gaji atau uang yang cukup untuk keperluan dan kebutuhan, dia bisa tenang saja menunggu, tetapi ini bukanlah yang namanya sabar. Sabar itu bila ada kesusahan tidak berubah taatnya kepada Allah, tidak berubah daripada sifatnya, tetap mampu menjaga daripada sifat-sifat yang baik.
Note dari penulis :
Ulama dari generasi Tabi’in, Hasan Basri Rah.A, berkata bahwa tidak ada kemuliaan yang lebih besar yang Allah berikan kepada seseorang, melebihi sifat sabar. Namun pertanyaannya bagaimana mendapatkan sifat sabar ini ? Sifat-sifat tinggi atau yang mulia ini akan datang melalui keadaan yang bertentangan dengan nafsu atau dalam keadaan yang mujahaddah. Bagaimana kita mengetahui diri kita Sabar sebelum kita bertemu dengan orang pemarah ? Bagaimana kita bisa dapat sifat Tawakkal kepada Allah sebelum kita mendapatkan keadaan dimana kita tidak bisa lari kepada siapapun selain kepada Allah ? Begitu juga sifat-sifat mulia yang lain ini akan datang atau wujud dalam diri kita melalui cobaan-cobaan dalam keadaan-keadaan yang bertentangan dengan nafsu kita atau mujahaddah atas nafsu.
Jadi datangnya kesusahan-kesusahan kepada kita bukanlah maksudnya untuk menyusahkan kita, tetapi untuk menaikkan derajat kita supaya sifat kita menjadi sifat khalifah dan tetap menjaga ketaatan kepada Allah Ta’ala. Kadang-kadang Allah datangkan keadaan kepada kita dimana ada orang datang menyalahkan, menuduh, dan memarahi kita, padahal kita tidak berbuat salah, bahkan telah berbuat kebaikan kepada orang yang marah tersebut. Inipun jangan lantas kita salahkan orang itu, tetapi yang harus kita ingat adalah apa maksud Allah dibalik keadaan yang telah Allah berikan ini kepada saya. Apa maksud Allah merubah sikap orang itu berbuat buruk kepada kita ? inilah yang justru harus kita fikirkan, karena kita harus cari tahu apa kehendak-kehendak Allah atas diri kita saat itu. Kata ulama kalau ada orang berbuat salah kepada kita, maksud Allah bukan untuk menyusahkan kita tetapi ingin datangkan kepada kita sifat Pemaaf. Ini karena sifat pemaaf ini adalah datang daripada sifatNya Allah. Ini sifat tidak akan datang kepada kita jika tidak ada orang berbuat salah kepada kita. Kalau orang selalu berbuat baik kepada kita, tidak pernah berbuat salah kepada kita, maka tidak akan datang atau tidak akan ada sifat pemaaf pada kita. Sifat Pemaaf ini adalah salah satu sifat yang disukai Allah Ta’ala. Demikianlah juga para Nabi, walaupun mereka-mereka ini adalah orang-orang yang tidak berbuat salah, tetapi kaumnya berbuat berbagai macam keburukan dan kedzoliman kepada para Nabi mereka. Namun para Nabi ini memiliki sifat pemaaf, memaafkan daripada kesalahan kaumnya, bukan meminta dihancurkan. Bahkan para Nabi ini memohon kepada Allah agar sikap-sikap mereka itu dimaafkan, walaupun mereka telah dizolimi oleh kaumnya. Begitu juga kalau kita jalankan usaha dakwah ini, usaha kenabian ini, orang-orang akan salah sangka. Disangkanya oleh mereka bahwa usaha kenabian ini atau usaha dakwah ini, dan orang-orang yang terlibat dalam kerja nabi ini akan membawa mereka kepada kehinaan dan kehancuran. Macam-macam sangkaan yang akan kita hadapi, tetapi kita harus sabar, bahkan kita harus maafkan kesalahan-kesalahan mereka terhadap kita. Sebetulnya kata para ulama kita harus berterima kasih kepada orang yang menyusahkan kita, kepada orang yang berbuat salah kepada kita, kepada orang yang bermasalah dengan kita, sebab mereka itu akan menaikkan derajat kita.
Seorang Arab bertanya kepada Ulama yang memberikan ceramah di mekkah, buat apa mereka itu dijadikan orang-orang yang menentang kepada agama seperti Firaun, Qorun, Hamman, Namrud, dan lain-lain. Kata dia lebih baik orang yang macam itu tidak usah diciptakan oleh Allah, suapaya para Nabi ini lancar, dan usaha agama ini lancar. Buat apa diciptakan orang macam mereka itu. Lalu ulama ini menjawab dengan bijak, “Wahai saudara, adakah saudara mengetahui telur ayam ?” lalu jawab si arab tersebut, “Ya, saya mengetahui telur ayam.” Lalu si ulama ini bertanya lagi, “Kalau telur ayam itu dipecah terdiri daripada apa ?” si Ulama melanjutkan bahwa telur ayam itu terdiri daripada kulit telur, putih telur, dan kuning telur. Kalau telur ayam itu menetas yang menjadi anak ayam itu adalah dari kuning telur dan putih telur. Kulit telor tidak akan menjadi anak ayam. Kalau telor tadi dimakan, digoreng maksudnya, itupun yang dimakan oleh manusia itu hanya kuning telur dan putih telur, tetapi kulit telor ini tidak dimakan. Jadi Kulit telor ini tidak bisa jadi anak ayam dan tidak bisa pula untuk dimakan. Kalau kita bertanya kepada Allah buat apa kulit telur itu diciptakan, tidak bisa dimakan dan tidak pula bisa jadi anak ayam. Tentu jawabannya telor tidak akan jadi anak ayam kalau tidak ada kulitnya. Dan telor tidak akan bisa dimakan kalau keluar daripada pantat ayam tanpa kulitnya, tidak ada yang mau memakannya. Ini karena isi telor tadi keluar tanpa kulit telur, sehingga menjadi najis. Jadi putih telur dan kuning telur ini akan bermanfaat jika ada kulit telur. Begitu pula orang-orang yang berbuat salah kepada kita, yang menguji, atau para penentang agama, ini seperti kulit telur atas telor. Untuk menetaskan orang menjadi penyabar, menjadi pemaaf, menjadi beriman, adalah karena adanya orang-orang yang menentang kepada usaha agama ini. Jadi sebetulnya yang menaikkan derajat Nabi Musa AS, sampai kepada derajat Nabi yang Ulul Azmi ( 5 Nabi yang paling Mulia ), ini dikarenakan adanya tantangan daripada Firaun. Naiknya derajat Rasullullah SAW sampai kepada derajat Ulul Azmi dan derajat Sayyidul Anbiya karena penentangan daripada Abu Jahal, Abu Lahab, dan lain-lain.
Orang yang tahu akan hakekat Sabar dalam Mujahaddah ini, diceritakan dalam sebuah kitab, seorang syekh dipukuli sampai babak belur oleh seorang muridnya, padahal dia tidak bersalah. Tetapi Si syekh itu malah berdo’a, “Ya Allah ampuni muridku itu dan masukkan dia kedalam surgaMu.” Orangpun heran mengapa si syekh ini masih mau mendo’akan kebaikan untuk orang macam itu. Lalu si Syekh ini berkata bahwa dialah yang telah menaikkan derajatku menjadi sabar, supaya menjadi pemaaf, makanya aku berterima kasih kepada dia dengan mendo’akannya. Orang-orang yang faham akan hal ini, ketika mendapatkan kesulitan dalam menjalankan usaha agama ini, merupakan suatu anugrah, karunia, suatu nikmat yang besar dari Allah Ta’ala. Namun kita tidak boleh meminta didatangkan kesusahan karena setiap orang pasti diuji oleh Allah dengan kesusahan dan kesulitan. Nanti Allahlah yang menentukan waktu dan kadar daripada cobaan tersebut.
Setelah sekian lama Nabi SAW membuat usaha yang terus menerus atas diri sahabat agar mereka dapat meningkat lagi derajat disisi Allah. Nabi SAW membuat kerja atas sahabat-sahabat, sehingga sahabat ini derajatnya naik dari memiliki sifat khilafah menjadi memiliki sifat seperti para Nabi dan Rasul AS . Para Sahabat ini bukan Nabi dan Rasul, tetapi hanya manusia biasa seperti kita, namun sifat-sifat yang mereka miliki menyerupai sifat-sifat para Nabi dan Rasul. Para Sahabat mampu mewarisi sifat-sifat para Nabi dan Rasul karena mereka diperjuangkan oleh Nabi SAW agar bisa sampai kepada sifat-sifat kenabian. Apa itu sifat para Nabi ? sifat para Nabi itu adalah Rasa Tanggung Jawab terhadap Agama Allah dan Manusia seluruh alam. Sifat inilah yang dinamakan Usaha Agama, yaitu bagaimana agama dapat tersebar keseluruh alam, dan bagaimana manusia supaya bisa mengamalkan agama. Sahabat mempunyai keyakinan para Nabi yaitu meyakini bahwa manusia ini akan bahagia dunia dan akherat hanya dengan jalan taat kepada Allah Ta’ala. Maka untuk dapat mengajak manusia kepada keselamatan, kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat, diajaklah mereka oleh sahabat untuk taat kepada Allah Ta’ala.
Allah berfirman di dalam Al Qur’an Mahfum :
“Wahai manusia ucapkanlah La Illaha Illallah agar kamu mendapatkan kejayaan (kebahagiaan dan kesuksesan).”
Ayat ini meminta manusia untuk taat kepada Allah agar hidupnya bisa sukses, bisa jaya, dan bisa bahagia dunia dan akherat. Sahabat-sahabat RA mempunyai keyakinan seperti yakinnya Nabi SAW, bahwa manusia ini akan bahagia apabila mereka mau taat kepada Allah Ta’ala. Sehingga para sahabat ini siang dan malam membuat usaha agama atas manusia, mengajak mereka, agar mereka mau taat kepada Allah Ta’ala. Para sahabat ini mewarisi sifat kasihannya Nabi SAW, sehingga mereka sedih kalau melihat orang-orang yang tidak mau taat kepada Allah Ta’ala. Maka mereka bekerja atas manusia disiang hari, menyeru mereka untuk taat kepada Allah, dan dimalam hari mereka berdo’a kepada Allah untuk memberikan hidayah kepada setiap manusia. Begitulah sifat-sifat sahabat walaupun dia manusia biasa tetapi karena diperjuangkan oleh Nabi SAW, sahabat mampu memiliki sifat-sifat mulia para Nabi. Begitu juga kita juga mampu mendapatkan apa yang didapatkan oleh para sahabat jika kita mau buat usaha. Supaya kita ini memiliki sifat nubuwah, sifat kenabian, kita harus ikuti jejak pengorbanan sahabat dan cara yang diajarkan oleh Nabi SAW. Dengan mengikuti jejak sahabat dan ikuti cara Nabi SAW, kitapun mampu :
1. Memiliki Sifat Malaikat : Taat kepada Allah Ta’ala
2. Memiliki Sifat Khilafah : Mewakili Sifat Kholiq yaitu dengan Akhlaq
3. Memiliki Sifat Kenabian : Tanggung Jawab atas Ummat dan Agama
Kita bukan Malaikat, tetapi kita mampu mewarisi daripada sifat Malaikat. Kitapun bukan Rabb, bukan Kholiq, tetapi mampu mewarisi daripada sifat-sifat Kholiq yaitu dengan Akhlaq. Dan kitapun bukan dari kalangan Anbiya AS, tetapi kitapun mampu mewarisi sifat-sifat kenabian. Kita dituntut untuk memiliki sifat-sifat ini dalam kehidupan kita. Atas inilah Allah juluki ummat ini sebagai Ummat terbaik ( Choiru Ummat ).
Allah berfirman mahfum :
“Kamu adalah ummat terbaik yang dikeluarkan di tengah-tengah manusia untuk mengajak manusia berbuat baik dan mencegah mereka dari berbuat Mungkar”
Allah ciptakan kita, hidupkan kita, kirimkan kita ditengah-tengah manusia dengan 3 maksud yaitu agar kita memiliki daripada sifat-sifat : Malaikat, Khalifah, dan Nubuwah. Ketiga maksud ini didukung oleh hadits-hadits Rasullullah SAW. Suatu ketika Rasullullah SAW ditanya oleh seorang sahabat, “Ya Rasullullah, amal apa yang paling afdhal (paling baik) ?” Jawab Nabi SAW, “Amal yang paling baik adalah sholat tepat pada waktunya.” Ini adalah ibadah. Lalu sahabat bertanya lagi, “Lalu amal apa lagi ?” Nabi SAW menjawab, “Berbuat baik pada orang tua.” Ini adalah Akhlaq. Sahabat menjawab lagi, “Lalu amal apalagi ?” Nabi SAW menjawab, “Jihad Fissabillillah,” yaitu berjuang untuk agama Allah, ini adalah Dakwah Khuruj Fissabillillah. Jadi diciptakan kita ini untuk 3 maksud yaitu :
1. Ibadah : Sholat tepat pada waktunya
2. Akhlaq : Berbakti kepada kedua orang tua
3. Jihad Fisabillillah : Dakhwah Khuruj Fissabillillah
Demikian juga ketika Rasullullah SAW menjelang akhir wafatnya, Nabi SAW berucap yang hampir tidak terdengar karena kecilnya suara beliau SAW. Apa wasiat terakhir Nabi SAW ini yang hampir tidak terdengar :
1. Asholah (3x) artinya Jaga sholat 3x diulangi : Ibadah
2. Berbuat baiklah kepada Hamba Sahaya : Akhlaq
3. Segera berangkatkan rombongan Usamah RA : Jihad Fissabillillah
Jadi karena 3 maksud inilah kita dihantarkan yaitu : Ibadah, Akhlaq, dan untuk memperjuangkan agama Allah Ta’ala. Jadi kita musti memahami sebagai umat yang terbaik, kita harus mempunyai bisa menjalani 3 wasiat Nabi SAW ini. Kalau ketiga hal ini ada dalam diri kita, maka segala urusan, kepentingan, keperluan, kesulitan, dan kebutuhan kita ini akan Allah mudahkan bagi kita mendapatkannya. Segala keperluan, kebutuhan, hajat, dan lain-lain akan Allah penuhi dengan mudah. Do’a kita akan Allah kabulkan. Dan kalau ada musuh yang akan mencelakakan kita, maka Allah akan lindungi kita, Allah akan bantu, dan Allah akan tolong kita. Ini semua akan datang kepada kita, bahkan kita akan dimuliakan oleh Allah, dan dinaikkan derajatnya. Ini semua sudah terbukti dan terjadi kepada sahabat-sahabat RA.. Para sahabat RA telah mencapai kemuliaan dan ketinggian derajat dalam kehidupan manusia. Apabila para sahabat RA ini berhadapan dengan musuh-musuh Islam, selalu mendapatkan kemenangan karena telah ditolong oleh Allah SWT.
Di dalam sebuah bayan di Markas Dakwah Malaysia, si Mubayin ini bilang :
“Kalau umat islam ini berhadapan dengan syetan atau dengan kekufuran daripada orang-orang kafir, hanya dengan kekuatan seperti mereka ( tawajjuh pada teknologi atau asbab-asbab seperti yang dimiliki orang kafir ), umat islam tidak akan pernah menang dan selalu kalah. Contoh : Nabi Adam itu Islam dan Siti Hawa juga Islam, tetapi ketika berhadapan dengan iblis atau syetan, mereka kalah, sehingga di keluarkan dari syurga dikirim ke dunia ini. Nabi Ibrahim AS, berlawanan dengan Namrud, dia dilemparkan kedalam api, juga tidak mampu berbuat apa-apa. Selalu hanya mengandalkan dengan kekuatan-kekuatan seperti mereka akan datang kekalahan. Menangnya umat islam, orang-orang beriman ini, hanya dengan pertolongan daripada Allah Ta’ala.”
Usaha yang benar atas kita untuk dapat mencapai kemuliaan dan kemenangan adalah usaha bagaimana supaya datangnya pertolongan Allah kepada kita. Jangan sampai kita mempunyai fikir seperti orang kafir kalau mereka punya ini dan kita juga memiliki, maka kita akan jaya. Ini pemikiran dan keyakinan yang keliru. Kalau caranya seperti itu, tidak pernah ada sejarahnya umat islam mencapai kemenangan dengan cara dan asbab-asbab yang dimiliki orang kafir, tetapi umat islam ini menang hanya dengan pertolongan Allah. Jadi usaha kita ini adalah usaha bagaiama pertolongan Allah datang kepada kita. Kalau kita sudah memiliki ke 3 sifat tadi barulah pertolongan Allah akan datang kepada kita. Bahkan kalau kita memiliki kesempurnaan ketiga sifat tadi maka Allah akan memberikan kekuatan kepada kita yang tidak Allah berikan kepada mahluk lainnya yaitu kekuatan “Kun Faya Kun”. Allah akan datangkan kekuatan seperti ini kepada kita.
Hinanya umat islam di hari ini karena mereka telah tinggalkan ke 3 maksud hidup tadi yaitu untuk : Ibadah, Akhlaq, Jihad Fissabillillah. Mereka tidak mempedulikan masalah Ibadah, masalah akhlaq, dan masalah memperjuangkan agama. Mereka ikut berjuang seperti orang kafir. Dan kesibukan mereka terlihat jelas sama dengan seperti kesibukan orang kafir. Orang kafir sibuk mengurusi teknologi, orang islampun sibuk mengurusi teknologi. Orang kafir sibuk dengan perdagangan, kitapun sibuk dengan perdagangan. Orang kafir sibuk dengan pembangunan, kitapun sibuk dengan pembangunan. Kesibukan umat islam hari ini sama dengan kesibukan orang kafir. Sementara Ibadah tidak diurus oleh umat islam, akhlaq juga tidak diurus, agama Allah juga tidak ada yang mempedulikan. Inilah yang menyebabkan umat islam menjadi hina dimana-mana. Selama umat islam tidak mengambil kerja atas 3 perkara ini, maka tidak akan ada kemuliaan bagi umat islam. Hanya dengan jalan kembali pada kerja ini maka kejayaan dan kemuliaan umat islam akan wujud seperti di jaman Nabi SAW dan para Sahabat. Inilah seharusnya yang menjadi fikir kita :
1. Bagaimana Manusia mau memperbaiki ibadah kepada Allah ?
2. Bagaimana Manusia mau memperbaiki akhlaq ?
3. Bagaimana Manusia mau memperjuangkan agama Allah ?
Kalau ini bisa kita kembalikan kepada ummat, baru kehidupan kita akan dibetulkan oleh Allah SWT. Tetapi orang-orang yang tidak mendapat hidayah, tidak melihat kepentingan daripada amal ini, seperti seolah-olah tidak ada manfaatnya. Ini karena mereka itu hatinya gelap, jauh daripada Nur Hidayah Allah SWT. Seolah-olah dengan meninggalkan ibadah ini tidak akan mendatangkan musibah. Padahal musibah-musibah yang terjadi dan yang berkepanjangan ini disebabkan karena manusia telah meninggalkan ibadah kepada Allah SWT. Bagaimana umat islam akan dimuliakan, sementara sebagian besar dari umat islam ini telah meninggalkan sholat, tidak taat kepada Allah Ta’ala. Tidak bisa kita menyelesaikan masalah hanya dengan bantuan daripada materi saja. Seperti negara yang dilanda masalah dan berbagai macam krisis, coba-coba menyelesaikan masalah yang ada dengan mengutang kesana kemari. Problem yang diselesaikan dengan cara ini tidak akan habis. Mungkin bukan saja masalah tidak akan selesai, tetapi akan menambah masalah. Walaupun di nagara tersebut di hujani dengan emas, umat islam ini tidak akan selesai masalah yang mereka hadapi. Ini selama umat islam ini tidak memperbaiki daripada amalnya. Hanya dengan usaha kenabian umat islam akan terangkat derajatnya, akan ditolong dan diselamatkan oleh Allah Ta’ala. Jadi usaha nubuwah ini bukanlah usaha yang kecil. Inilah kita sebabnya diminta supaya mau berkorban untuk usaha nubuwah ini. Kalau kita mau korban terjun dan terlibat dalam usaha ini, maka yang pertama-tama Allah akan perbaiki adalah diri kita sendiri. Sedangkan janji Allah ini adalah pasti.
Kata ulama dalam Al Qur’an Allah berfirman mahfum :
“Barangsiapa yang berjuang di jalan kami pasti kami tunjukkan jalan kami…”
Kata ulama “Pasti” disini dalam sastra arab, maknanya yang terkandung dalam ayat tersebut mempunyai kekuatan janji Allah sebanyak 12 kali yaitu pasti ( 12 kali ) akan diberikan Allah hidayah. Tetapi kalau hanya dengan ibadah saja ini tidak pasti. Dengan sholat, dengan puasa, dan amal yang lain, ada janji Allah tetapi tidak pasti.
Misalnya ayat puasa :
“Wahai orang-orang beriman telah difardhukan kepada kamu berpuasa sebagaimana diturunkan kepada umat-umat terdahulu, agar kamu mudah-mudahan menjadi orang yang bertakwa.”
Disini diakhiri dengan kata mudah-mudahan : “La allakum”. Semua ayat tentang sholat, puasa, melayani orang haji, atau yang naik haji, ini semua kepastiannya adalah mudah-mudahan tingkatannya atau “La allakum”. Tetapi kalau kita terjun dalam usaha kenabian ini maka janji Allah kepada kita dalam usaha ini tingkat kepastiannya adalah pasti. Oleh karena itu perlu kita terjun dalam usaha ini, nanti Allah Ta’ala akan perbaiki segala keadaan. Nasib orang islam hanya akan berubah melalui asbab usaha kenabian ini. Maka kita harus kerjakan usaha ini dengan keyakinan, sebagaimana Maulana Saad, syuro dunia, berkata bahwa kerjakan usaha ini dengan bashiroh. Maksud dari kata Bashiroh ini adalah yaitu dengan penuh keyakinan. Keyakinan bahwa segala masalah dapat diselesaikan melalui usaha ini. Kita dalam hidup ini akan selalu menghadapi dan mempunyai masalah, bukan hanya yang gaji kecil itu bermasalah, tetapi yang gaji besarpun bermasalah. Kargozari di malaysia bahwa gaji orang Indonesia ini kecil-kecil menyebabkan masalah, ternyata di Malaysiapun yang gajinya besar-besar juga tidak luput dari masalah. Untuk bisa menyelesaikan masalah ini hanya dengan kerja dakwah, bukan dengan cara naik gaji atau kebendaan lainnya. Bahkan kadang-kadang gaji naik tetapi ternyata lebih tinggi lagi masalahnya. Jadi peningkatan kebendaan atau materi bukanlah jalan keluar, tetapi melalui usaha nubuwah ini, Allah janjikan pertolongan untuk kita menghadapi segala masalah. Para Masyaikh berkata bahwa melalui kerja ini Allah akan selesaikan daripada masalah-masalah yang ada. Lalu ada yang berkata, “ Itukan kata masyeikh, tetapi dalil qur’annya dari mana ?”
Dalilnya adalah dalam Al Qur’an Allah berfirman mahfum :
“Barangsiapa menolong agama Allah, maka Allah akan tolong dia….”
Kalau kita tidak ditolong oleh Allah, maka kita ini tidak akan bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada walaupun itu hanya masalah kecil tanpa bantuan dari Allah Ta’ala. Hanya dengan pertolongan Allah saja kita dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada, mendapatkan kemenangan, kejayaaan, dan kesuksesan dunia dan akherat. Jadi usaha kita ini yang harus kita fikirkan adalah bagaimana pertolongan Allah dapat datang kepada kita. Caranya adalah dengan menolong agama Allah. Maksudnya menolong disini bukannya Allah butuh pertolongan, tetapi kita yang menolong agama Allah.
Note dari penulis :
Maksud dari ayat tersebut menurut ulama bukannya Allah mencari atau membutuhkan pertolongan kita. Ini namanya kesalah fahaman. Allah ini Maha Kuasa dan kekuasaannya tanpa batas. Jika Allah sudah menjaga atau melindungi seseorang, siapa yang mampu mencelakakannya ? begitu pula jika Allah sudah berkehendak mencelakakan seseorang, siapa yang mampu untuk melindungi ? Apa yang Allah mau tinggal berkehendak saja maka terjadilah apa yang Allah kehendaki. Seluruh mahluk tidak akan dapat menolak atau menghalangi daripada apa yang Allah kehendaki walaupun mereka semua bersatu untuk melawan Allah. Seluruh mahluk ini bergantung pada Allah karena segala sesuatu ini bergerak karena ada iradah, keinginan, daripada Allah Ta’ala. Bagaimana kita mampu menolong Allah sedangkan kita tidak mampu menolong diri sendiri walaupun itu hanya untuk mengedipkan mata saja, inipun harus dengan pertolonngan dan izin dari Allah Ta’ala. Manusia tidak akan bisa mengangkat atau mengedipkan matanya tanpa pertolongan dari Allah. Jadi maksud ayat ini adalah Allah menawarkan kita untuk menolong agamanya, ini untuk memuliakan kita.
Hari ini kita tidak sadar, bahwa umat islam dari segi qualitas dan quantitas kebendaan jauh lebih baik daripada yang ada di kehidupan para sahabat. Dari segi makanan, pakaian, rumah, transportasi, semuanya umat islam kini jauh lebih baik dibandingkan dengan apa yang dimiliki oleh sahabat RA. Tetapi kenapa sahabat dimuliakan dan sementara kita dihinakan ? Pertolongan Allah turun bercurah-curah dijaman sahabat, sementara kita jauh dari pertolongan Allah. Ini karena yang rusak dari kehidupan kita adalah kondisi agama kita saat ini. Padahal agamanya sama, tetapi pengamalannya yang berbeda antara kita dan sahabat. Para sahabat dari kebendaaan : pakaian, makanan, rumah, dan transportasi tidak begitu bagus, bahkan terbelakang, tetapi agama sempurna dijalankan dalam kehidupan mereka. Inilah yang menyebabkan mereka mulia.
Note dari penulis :
Agama wujud 100% di rumah-rumah sahabat dan dalam kehidupan mereka sehari-hari sehingga Allah ridho pada mereka. Para sahabat diberi gelar Radhiollahu Anhum, yaitu orang-orang yang Allah ridhoi. Jalan inilah yang seharusnya menjadi panduan kita untuk hidup sukses di dunia dan akherat. Ini harus jadi target bagi kita sebelum kita mati bagaimana agama sempurna kita amalkan. Umar RA berkata kepada sahabat menjelang beliau wafat : “Aku, Abu Bakar, dan Rasullullah SAW ini ibarat seorang musafir. Musafir pertama dan yang kedua telah sampai pada tujuannya. Aku khawatir jika aku tidak mengikuti jalan mereka, maka aku tidak akan sampai di tempat yang sama dengan mereka.” Jadi jika kita ingin sampai di tempat dan tujuan yang sama dengan para sahabat maka tidak ada jalan lain selain mengikuti jalan yang mereka telah tempuh. Apa itu jalan Nabi SAW dan Sahabat RA yaitu jalan pengorbanan untuk agama mengajak manusia untuk taat kepada Allah SWT. Allah Ta’ala perintahkan mahfum di dalam Al Qur’an kepada Nabi SAW untuk menjelaskan jalan hidupnya yaitu dalam ayat 12 : 108 yang artinya : Katakanlah (Muhammad) : “Ini adalah jalanku yaitu mengajak manusia (untuk taat) kepada Allah dengan bashiroh, aku dan orang-orang yang mengikutiku…”
Hari ini umat sibuknya memperbaiki yang lain tetapi agama rusak dibiarkan. Parahnya kita tidak sadar bahwa agama sudah rusak ditinggalkan. Hari ini kalau rumah kita rusak, kita langsung sadar, buat inisiatif memperbaikinya. Begitu juga kalau mobil kita rusak, pakaian kita rusak, status kita rusak, dan kebendaan lainnya yang rusak kita sadar, tetapi agama rusak kita tidak sadar-sadar. Perasaan sudah cukup baik agama ini bagi kita. Inilah yang diperjuangkan umat saat ini yaitu bagaimana kebendaan, perdagangan, pertanian, teknologi, kesehatan, dan semua unsur keduniaan ini meningkat. Agama bagi mereka dianggap tidak apa-apa, baik-baik saja, cukup-cukup saja, tidak ada masalah. Padahal sudah jelas nampak kerusakannya, umat islam sebagian besar tidak sholat. Para sahabat RA, mereka memperjuangkan agama, sehingga agama secara sempurna wujud dalam diri mereka dan kehidupan mereka. Agama yang sempurna ini yang wujud dalam kehidupan sahabat terdiri dari 5 cabang yaitu Imaniat, Ibadat, Muamalat, Muasyarot, Akhlaq.
Note dari penulis :
1. Imaniat : Keyakinan yang sempurna dan Tauhid yang bersih
2. Ibadat : Sholat, Puasa, Zakat, Haji sempurna dijalankan
3. Muamalat : Adab atau Fiqih dagang, politik, dan pemerintahan
4. Muasyarot : Adab hubungan antar manusia co : guru-murid, keluarga, tetangga, atasan-karyawan
5. Akhlaq : Perwakilan sifat Jamil Allah yang mulia co : Penyayang, Pengasih, Pemaaf, Penyabar
Namun hari ini umat islam kebanyakan, hanya memahami agama dari ibadat saja. Begitu orang mau sadar dan mau tobat, belajar dulu, diajarin sholat. Disangkanya agama itu perkara sholat dan ibadat saja. Padahal kesempurnaan agama itu bukan hanya ibadat saja, ini hanya salah satu dari cabang agama atau hanya 1/5 (seperlima) daripada kesempurnaan agama. Agama itu menyangkut dengan Iman, Ibadat, Muamalat, Muasyarot, dan Akhlaq, baru agama itu sempurna. Tetapi hari ini seolah-olah agama itu hanya ibadat atau pengetahuan tentang ibadah saja, kecuali ulama. Dari sekian cabang agama yang paling penting adalah sholat. Kedudukan sholat dalam islam seperti kedudukan kepala pada badan. Ini karena sangking pentingnya dan tingginya kedudukan sholat dalam agama.
Note dari penulis :
Manusia tanpa tangan masih bisa dibilang manusia hanya saja ada cacatnya. Manusia tanpa mata, tanpa telinga, tanpa kaki, inipun begitu pula, masih bisa dibilang manusia tapi ada cacatnya. Namun kalau manusia tanpa kepala mau dibilang apa ? orang mati namanya. Manusia mati ini tidak ada gunanya dan tidak ada nilainya, begitulah orang yang meninggalkan sholat.
Dalam hadits dikatakan mahfum :
“Sholat itu adalah tiang agama. Barangsiapa yang menegakkan sholat berarti dia sudah menegakkan agamanya. Barangsiapa yang meninggalkan sholatnya berarti dia sudah merubuhkan agamanya.”
Walaupun sebagian besar umat islam tahu tentang kepentingan sholat sebagai ibadat yang paling penting, tetapi sebagian besar dari umat islam juga tidak sholat. Sudah tidak memahami agama walaupun hanya 1/5nya, tapi yang 1/5 nya juga acak-acakan pengamalannya, apalagi dengan yang lain dari Muamalatnya, Muasyarotnya, Akhlaqnya. Dulu dijaman para sahabat, orang islam dimata orang kafir itu adalah mulia dan tinggi. Ini karena kelima cabang agama ini ada dalam kehidupan sahabat. Hari ini umat islam dimata orang kafir menjadi hina, mengapa ? padahal :
1. Imaniat : Tidak dilihat orang kafir karena ini didalam hati manusia, tidak nampak.
2. Ibadat :
a. Sholat tidak dilihat karena merekapun sembahyang
b. Puasa juga tidak nampak karena bisa menahan lapar dan haus
c. Zakat juga tidak dilihat karena hanya dibagikan kepada orang-orang islam
d. Haji hanya ditanah haram khusus orang islam dan orang kafir tidak lihat.
Ini karena yang nampak mereka lihat adalah cabang Muamalatnya, Muasyarotnya, dan Akhlaqnya. Sedangkan hari ini ketiga cabang ini sudah hancur-hancuran dalam kehidupan umat islam, jauh dari yang telah dicontohkan olah Nabi SAW dan yang diamalkan oleh para sahabat RA. Muamalat, Muasyarot, dan Akhlaq umat islam sudah rusak, bahkan mereka bisa lebih jahat dari pada orang kafir. Ini karena tidak ada yang mengusahakan atas diri mereka, tidak ada dakwah. Ada kargozari, laporan kerja, rombongan jemaah ke belanda. Ketika itu dalam setiap program selalu ada kunjungan ke setiap penjara disana. Walaupun umat islam di penjara ini minoritas, tetapi di setiap penjara di belanda ini isinya 75% adalah orang islam. Ini karena telah buruknya muamalat, muasyarot, akhlaq dari pada orang islam. Di Bali yang mayoritas hindu dan minoritasnya umat islam, tetapi kalau kita datang ke penjara di bali sebagian besar penghuninya adalah orang islam. Itulah fakta keadaan umat islam hari ini asbab tidak ada yang mengusahakan atas diri mereka. Kita hari sibuk saja memikirkan keduniaan kita dan kebendaan kita daripada memikirkan keadaan umat islam. Sehingga umat islam saat ini telah mengalami degradasi kehidupan dibanding jaman sahabat RA menjadi hina dan rendah seperti hewan, bahkan ada yang lebih jahat daripada hewan. Atas perkara ini Allah himbau kita supaya mau korban ambil bagian dalam usaha kenabian ini.
Kalau kita mau mengambil usaha ini, maka pertama-tama yang Allah akan perbaiki adalah diri kita. Untuk kepentingan-kepentingan yang lain janganlah kita khawatir, nanti Allah akan berikan kemudahan-kemudahan kepada kita jika kita mau terjun dalam udaha nubuwah ini. Semua kebutuhan yang kita khawatiri dari makan-minum, pakaian, transportas, rumah, tidak akan menjadi persoalan bagi kita, karena ini adalah masalah kecil disisi Allah. Masalah pemberian rizki dari makan, minum, udara, sinar matahari, dan yang lain ini adalah hak Allah kepada kita. Justru yang harus kita tunaikan adalah hak kita kepada Allah : Ibadat, Akhlaq, dan memperjuangkan agama. Namun keadaannya hari ini sudah terbalik, hak Allah tidak kita tunaikan, tetapi berharap Hak kita ditunaikan Allah. Bukannya kita memikirkan atau mengurusi hak kita kepada Allah, tetapi sibuk mengurusi dan memikirkan yang sudah menjadi haknya dan kerjanya Allah Ta’ala. Yang dipikirkan hanya bagaimana rizki datang kepada saya ? inilah yang namanya terbalik. Seharusnya kita tunaikan hak kita kepada Allah, yaitu untuk 3 maksud penciptaan manusia : Ibadah, Akhlaq, Jihad. Jika ada ketiga ini dalam diri kita maka semua urusan kita akan Allah mudahkan. Sebagaimana telah banyak dikisahkan Allah dalam Al Qur’an untuk sebagai contoh kepada kita kisah-kisah tentang ummat terdahulu. Supaya kita belajar daripada kisah-kisah tersebut, bahwa masalah-masalah yang dihadapi manusia ini kecil bagi Allah.
Seperti kisah Nabi Musa AS dengan Bani Israil sewaktu mereka tersesat di lembah yang kering kerontang, tidak ada tempat atau bangunan untuk bernaung, tidak ada makanan untuk dimakan, tidak ada air untuk diminum. Mereka 40 tahun tersesat di lembah itu, tidak ada jalan keluar. Allah beri pertolongan kepada Nabi Musa dan Bani Isaril karena perjalanan mereka dalam rangka menolong agama Allah. Bagaimana Allah menolong mereka ? yaitu Allah perintahkan awan untuk menaungi mereka dari sengatan sinar matahari. Selama 40 tahun awan Allah kirim untuk menaungi Bani Israil, sehingga mereka terselamat dari sengatan Matahari. Walaupun mereka tidak punya rumah, tidak punya tempat bernaung, tetapi karena mereka sibuk memperjuangkan agama Allah, maka Allah selesaikan masalah mereka. Lalu bagaimana dengan makanan, di Al Qur’an diceritakan bagaimana Allah menyelesaikan masalah ini, yaitu Allah turunkan daripada langit makanan dari surga, Manna dan Salwa. Bani Israil di supply Allah selama 40 tahun makanan turun dari langit, tanpa kerja, tidak ada pabrik, tidak ada pertanian, tidak ada apa-apa. Makanan di supply oleh Allah dari langit selama 40 tahun, bukan 1 atau 2 hari tetapi 40 tahun, untuk bani israil tanpa mereka harus mengerjakan apa-apa, karena mereka sibuk memperjuangkan agama Allah Ta’ala. Lalu bagaimana Allah menyelesaikan masalah krisis air, kekurangan air minum, yaitu dengan memerintahkan Musa AS untuk memukulkan tongkatnya kepada batu yang kering. Sehingga dari batu yang kering ini terpancarlah 12 mata air keluar dari batu tersebut selama 40 tahun tidak berhenti mengeluarkan air. Selama 40 tahun Bani Israil tidak pernah kekurangan air. Lalu datanglah krisis pakaian, kekurangan pakaian dan tidak adanya bahan untuk membuat kain. Ini karena pakaian hanya layak pakai untuk beberapa tahun saja setelah itu rusak. Bagaimana Allah selesaikan masalah ini yaitu Allah buat baju yang mereka kenakan awet, tidak rusak-rusak selama 40 tahun. Lalu bagaimana dengan bayi-bayi yang baru lahir, disini Allah buat semua bayi yang lahir dari perut seorang ibu Bani Israil sudah terlahir dengan mengenakan pakaian ketika keluar dari perut ibunya. Lalu bagaimana ketika bayi itu beranjak besar, maka dengan kuasa Allah seiring dengan pertumbuhan badan bayi maka bajupun membesar mengikuti pertumbuhan bayi tadi. Semua kebutuhan pokok mereka selama 40 tahun terpenuhi sehingga mereka hidup dalam keteduhan, makanan yang cukup, air yang tidak pernah kering, dan baju yang awet. Kata ulama ini semua sengaja Allah ceritakan kepada kita untuk diambil sebagai pelajaran, agar kita jangan takut dengan masalah-masalah kecil seperti ini. Allah akan selesaikan masalahnya, tidak ada asbabpun Allah mampu selesaikan masalah manusia. Allah mampu menyelesaikan masalah manusia tanpa asbab sebagaimana masalah Bani Israil dapat Allah selesaikan tanpa asbab. Di lembah kering tidak ada apa-apapun Allah mampu selesaikan masalah Bani Israil, tanpa asbab lagi, apalagi hanya masalah-masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.
Note Penulis :
Tidak ada masalah yang besar disisi Allah, semua masalah kecil bagi Allah, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Semua masalah yang tidak mungkin bagi manusia, semuanya mungkin-mungkin aja bagi Allah. Semua masalah besar bagi manusia jika tidak ada pertolongan Allah. Namun jika ada pertolongan Allah maka semua masalah menjadi kecil jadinya. Semua masalah kecil tanpa bantuan dan pertolongan Allah bisa menjadi masalah besar bagi manusia.
Dari sebuah lembah yang kering kerontang Allah sanggup penuhi kebutuhan hamba-hambanya dari sandang (pakaian), pangan (makan-minum), dan papan (tempat bernaung) untuk mereka. Apalagi di negeri indonesia ini yang kononnya kaya raya akan sumber daya alamnya. Namun karena kita tinggalkan daripada usaha agama ini, maka di negeri yang subur makmurpun dan kaya akan sumber daya alamnya ini, kita justru susah di negeri ini. Inilah yang kita lihat daripada kenyataan. Ini karena keberkahan ditarik oleh Allah SWT, daripada negeri yang nampak makmur dan kaya ini, asbab kita tinggalkan daripada usaha agama ini. Jika kita mau kembali menghidupkan usaha agama ini, maka perkara-perkara lain akan diperbaiki oleh Allah Ta’ala. Semua urusan dari ekonomi, pertanian, cuaca, musibah-musibah, akan diperbaiki oleh Allah Ta’ala. Cukup dengan kerja ini maka Allah mampu selesaikan segala masalah kita. Namun bukan maksud masyeikh kita ini kita tidak usah kerja, tidak usah tani, bukan ini maksudnya. Tetapi maksudnya agar kita mau menyisihkan waktu untuk kerja agama ini. Masyeikh hanya menganjurkan sekurang-kurangnya seumur hidup 4 bulan saja, setiap tahun 40 hari, setiap bulan 3 hari, ini minimal atau minimum requirement. Namun untuk orang-orang lama dalam kerja ini diminta untuk meluangkan waktunya minimal 4 bulan setiap tahunnya. Bukan maksudnya untuk merusak daripada tatanan hidup kita, tetapi ini untuk mendatangkan keberkahan. Tertib untuk kerja dunia bahwa kita harus kerja minimal 8 jam tiap hari ini adalah sistem dan tertib yahudi dan nasrani. Orang beriman tidak bisa ikut dalam sistem tersebut. Allah berkuasa cukup dengan kerja 3 hari saja namun mencukupi untuk 1 bulan, bisa saja bagi Allah. Kita bekerja 1 bulan dalam satu tahun, berpuasa, lalu Allah penuhi sisanya, diberikan keberkahan, ini bisa saja dan mudah saja bagi Allah.
Jika kita mempunyai 3 unsur tadi dalam diri kita yaitu : Ibadah, Akhlaq, dan Berjuang untuk agama Allah, maka akan dimudahkan semuanya oleh Allah. Misalnya hanya dengan kerja 3 hari tetapi mencukupi untuk 1 tahun. Tetapi kalau kita ikuti daripada sistem atau tertib orang-orang yahudi dan nasrani ini, kalau tidak kerja tidak mapan, maka keadaan seperti itulah yang akan Allah berikan. Sehingga seseorang tanpa kerja dia akan kebingungan, hilang arah, rasa-rasa dunia mau kiamat. Ini karena pola pikir kita sudah mentok atau terblokir oleh pola pikir orang yahudi dan nasrani. Tidak kerja jadinya susah makan, maka keadaannya jika tidak kerja akan Allah buat seperti itu pula. Ini karena keyakinannya seperti itu yaitu tidak kerja sama dengan tidak makan. Tetapi kalau yakin kita betul kepada Allah dalam setiap ibadah dan dengan taat kepada Allah maka akan Allah mudahkan semuanya untuk kita.
Note penulis :
Dalam sebuah mahfum hadits dikatakan bahwa Allah ini tergantung pada prasangkaan hambanya kepadaNya. Jadi apa yang kita sangka terhadap Allah, itu yang akan terjadi. Jika kita sangkaannya kepada Allah seperti bila tidak ada kerja maka tidak ada makan, maka keadaan seperti itulah yang akan terjadi. Jika kita yakin tanpa kerja Allah mampu memberi kita makan, maka walaupun kita tidak ada kerja, kita bisa tenang-tenang saja. Ini karena kita yakin bahwa Allah telah jamin rezki kita. Namun walaupun begitu kerja ini adalah perintah Allah. Dan Allah jadikan dunia ini sebagai darul asbab, tempat adanya sebab dan akibat. Tetapi kalau kita yakinnya hanya kepada asbab saja, maka keyakinan yang seperti ini tidak ada bedanya dengan keyakinan orang kafir yang yakinnya sempurna hanya kepada asbab saja.
Bukan dengan tidak kerja tidak apa-apa, bukan begitu caranya, tetapi kita belajar sisihkan waktu kita untuk kerja agama ini pertama-tama dengan keluar 4 bulan, lalu istiqomah 40 hari setiap tahunnya. Baru seiring waktu diusahakan untuk meningkatkan pengorbanan menjadi 4 bulan setiap tahun, 10 hari setiap bulan, dan 8 jam setiap hari. Jika kita mau ubah cara kita dengan cara atau tertib ini, maka akan datang suatu masa Allah gunakan kita untuk agama Allah. Sedangkan untuk kepentingan dunia kita tinggal angkat tangan (berdo’a) kepada Allah, langsung Allah datangkan. Allah Maha Kuasa, semua pertolongan Allah di dalam Al Qur’an diceritakan terjadi tidak hanya kepada para Nabi saja, tetapi juga kepada selain para Nabi dan para sahabat. Semua kehebatan Allah yang Allah nampakkan kepada Nabi dan para sahabat tidak hanya terjadi pada mereka, tetapi juga terjadi pada orang-orang sholeh saat ini. Bagaimana para Masyeikh di India, Pakistan, Banglades, mereka tidak ada pekerjaan, tidak punya pabrik, tetapi mereka mampu untuk keluar 4 bulan setiap tahun dan mampu menjamu ribuan tamu yang datang menemui mereka. Saudara-saudara kita yang keduniaannya jauh lebih kurang dari kita tapi bisa terbang kemana-mana, dan keluar 4 bulan setiap tahunnya. Kini banyak orang yang keduniaannya jauh lebih baik, kerjanya 12 bulan full setiap tahun, jangankan pergi kemana-mana, untuk makan saja kadang-kadang masih susah. Inilah kenyataan yang ada saat ini.
Usaha ini betul-betul akan mendatangkan keberkahan jika kita sungguh-sungguh dalam kerja ini, sedikit demi sedikit. Jangan kita dengarkan alasan-alasan orang yang suka bilang bahwa kerja kantor atau nyari uang ini juga ibadah, ini betul, tidak salah. Memang ada hadits mahfum, “mencari rizki yang halal itu wajib hukumnya.” Bahkan dalam riwayat lain dikatakan bahwa mencari rizki itu adalah ibadah juga. Tetapi adalah menurut daripada keutamaannya (derajat amal / kepentingannya ). Misalnya : kita mencari rizki itu karena perintah Allah, ibadah. Tetapi kalau ketika datang waktu sholat, maka yang lebih utama itu adalah Sholatnya. Jika ketika waktu sholat tiba kita masih mencari rizki terus ini akan menjadi dosa, bukan lagi menjadi ibadah. Jadi kita harus tahu mendahulukan daripada keutamaan. Sahabat juga dagang, kerja, tetapi ketika datang waktu untuk memperjuangkan agama Allah, maka mereka akan korbankan itu semua. Ada yang bilang bahwa cari rizki itu bagus, tetapi ketika dia tidak mau tinggalkan urusannya untuk keluar di jalan Allah, maka ini seperti orang yang berwudhu tetapi meninggalkan sholat. Wudhu itu ibadah, perintah Allah, dan juga syarat diterimanya daripada sembahyang kita. Kita kalau sholat tanpa wudhu maka sholat kita tidak akan diterima oleh Allah Ta’ala. Tetapi kalau ada orang habis wudhu, lalu wudhu lagi, terus menerus wudhu berulang kali, waktu sholat datang dia tidak sholat-sholat sibuk wudhu aja, maka walaupun wudhu ini ibadah akan menjadi dosa juga. Begitu juga Nabi SAW dan para sahabat RA ada kerja juga, ada dagang, dan ada tani pula, tetapi ketika waktu memperjuangkan agama tiba diia tinggalkan semuanya. Hari ini kita dagang dan kerja terus-terusan, tidak keluar-keluar di jalan Allah, maka ini seperti orang yang wudhu terus-terusan tetapi tidak sembahyang-sembahyang. Maka penting kita bagi waktu untuk memperjuangkan agama Allah, sisihkan waktu kita untuk agama Allah.
Insya Allah kita semua bersedia !!

KH Abdul Halim

Bayan Syuro (Alm) KH Abdul Halim : Pandangan Bashor vs Bashiroh
KH. Abdul Halim (Almarhum)
Syuro Indonesia, Sragen.
Bayan Musyawarah Indonesia 2006
Assalamualaikum, wr. Wb.

Allah Swt menciptakan kehidupan bagi manusia, secara urut Allah Swt menghadirkan manusia ke alam dunia ini sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan dari Allah Swt. Lalu Allah Swt ciptakan sekian banyak kehidupan. Dan kehidupan yang Allah paling sukai dari sekian banyak kehidupan manusia adalah kehidupan Rasullullah Saw.
Maka barangsiapa, siapapun itu dari dari orang kaya atau orang miskin, orang pintar atau orang bodoh, pejabat atau rakyat jelata, orang sehat atau orang sakit, orang kaya atau orang miskin, orang desa atau orang kota, jika dia mengamalkan daripada kehidupan rasullullah saw, maka dia akan berubah menjadi kekasih-kekasih Allah. Seorang kekasih Allah, seseorang yang dicintai Allah, maka doa-doanya akan ijabah disisi Allah. Seorang kekasih Allah ini, dia tidak akan terkesan kepada keadaan, tidak pernah merasa takut, dan tidak akan pernah merasa sedih. Jadi kalau ada berita-berita yang dahsyat datang kepada dirinya, maka ini tidak akan membesarkan daripada hatinya. Jika dia kehilangan sesuatu yang dicintainya, yang sudah melekat lama dengan dirinya, maka dia pun tidak akan merasa sedih. Inilah ciri-ciri daripada kekasih Allah.
“Ala in aulia Allah la khofun alaihim walayam lahtahnun”
Ketahuilah bahwa kekasih-kekasih Allah swt hanya punya 2 ciri saja :
1. Tidak pernah Takut
2. Tidak pernah Susah Hatinya
Maka apabila kehidupan kita pada saat ini diliputi oleh ketakutan dan kesedihan. Ada berita bencana kita takut, penyakit menyebar kita takut, berita begini dan begitu kita takut, ada kehilangan kita sedih, ada kejadian begini dan begitu kita sedih. Maka ketakutan dan kesedihan ini obatnya hanya satu yaitu ikuti kehidupan Rasullullah Saw. Hari ini orang-orang diliputi ketakutan, salah satunya ketakutan akan penyakit. Berita tentang penyakit yang macam-macam. Mari kita lihat rumah sakit dan klinik-klinik penuh dengan pasien-pasien. Mereka dihantar kesana, dengan rasa ketakutan ataupun rasa kesedihan. Akan tetapi yang namanya penyakit kalau di alam dunia, bukanlah suatu penyakit yang hakiki.
Maka pernah seorang Nabiullah, Ayub AS, pernah di uji oleh Allah Swt dengan penyakit selama 70 tahun sakit di alam dunia. Allah Swt uji Nabi Ayub AS dengan sejenis penyakit kulit yang menjijikkan, sehingga menyebabkan dia di usir dari kampung halamannya. Asbab kesabaran Ayub AS, Allah puji beliau di dalam Al Quran :
“ Inna wajabnahu shodiron nikmal adqinnahu awwab”
Artinya :
“Saya telah menemukan Ayub ini dalam keadaan sabar dengan penyakitnya, terusir dari kampungnya, maka senikmat-nikmatnya (sebaik-baiknya) hambaku adalah Ayub AS”
Allah Swt menyatakan demikian “Innahu Awwab”, senikmat-nikmatnya hamba. Ini asbab beliau ingin kembali kepada Allah Swt, rindu kepada Allah Swt. Selama 70 tahun sakit, bukan sekedar harian, mingguan, atau bulanan, tapi bertahun-tahun. Maka gelar yang dicapai oleh seorang hamba yang sabar yang diuji dengan penyakit ini adalah “Nikmal Adn” yaitu senikmat-nikmatnya hamba.
Sedangkan kita hari ini masih sehat, maka gelar apakah yang Allah berikan untuk kita ini masih tanda tanya. Apa sebabnya ? karena hari ini kita masih takut dengan keadaan dan sedih dengan keadaan. Padahal yang namanya penyakit ini bukanlah yang katanya penyakit lever, ginjal, jantung, atau diabetes, tetapi yang namanya penyakit adalah dosa yang melekat pada diri kita. Ini karena orang yang berpenyakitan di dunia jika dia mati maka selesai sudah penyakitnya. Coba kita lihat kuburan yang berserakan sekarang adakah mereka yang sudah mati membawa penyakitnya ke alam kubur, penyakit levernya, cancernya, ginjalnya, tidak ada, semuanya sudah ditinggalkan dan dipisahkan oleh kematian. Penyakit tersebut hilang bersama maut yang menjemput dia, selesai sudah penyakitnya. Akan tetapi kalau dosa, suatu penyakit, yang apabila kita tidak obati ketika kita masih hidup, maka penyakit ini akan kita bawa terus ke alam kubur, ke alam mahsyar, dan ke hari-hari di akherat lainnya yang tidak ada putus-putusnya.
Namun orang yang mengobati dosa ketika dia masih hidup, maka dia akan kembali ketempat yang baik, karena balik ke akhirat tanpa membawa penyakit. Majelis kita dimalam hari ini bukanlah hanya sekedar majelis pengajian, namun termasuk majelis pengampunan. Dimana orang yang hadir dimalam hari ini akan mendapatkan pengampunan dari Allah Swt, bahkan ketika dia berdiri semua keburukan-keburukan yang lalu akan Allah gantikan dengan kebaikan-kebaikan dari sisi Allah Swt. Maka majelis seperti ini harus dihidupkan dimana-mana, di semua tempat, agar kita tidak di ombang-ambingkan oleh keadaaan.
Jadi kehidupan yang paling dicintai Allah Swt ini adalah kehidupan daripada Rasullullah Saw. Atas perkara ini, Allah Swt perintahkan Nabi Saw untuk mengumumkan, meng i’lankan, kepada umat :
“Qul inkuntum tuhibunnallah “ : “Apakah kalian benar-benar mencintai Allah ?”
Ini karena cinta ada 2 :
1. Cinta yang shodiq : Cinta yang benar
2. Cinta yang Kazzib : Cinta yang palsu
“Ana yuhibbullah” artinya saya cinta kepada Allah
Kata-kata yuhibbu, mencintai, kalau hanya sekedar perkataan, maka ini hanya getaran di bibir saja. Jika hanya perkataan ini saja, maka dari anak kecil, orang gila, bahkan burung beo pun bisa mengatakan ini. Benarkah kita mencintai Allah Swt ? maka ini ada persyaratan dan ada masyruk. Persyaratannya adalah :
“Fattabi’uni” artinya : “Ikutilah Aku, Rasullullah SAW”
Jadi orang yang tidak mengikuti rasullullah SAW, walaupun dia mengucapkan berjuta-juta kali, “ana yuhibbullah”, aku mencintai Allah, maka dia akan termasuk golongan para pencinta palsu. Maka hari ini kita harus jujur kepada Allah Swt bahwa mulai hari ini kita akan tarik kehidupan Rasullullah Saw ini dan akan kita letakkan kedalam kehidupan kita. Kalau sudah demikian, maka Allah Swt berjanji :
“Yuhbibkumullah” artinya : “Allah akan Mencintai kamu”
Kalau kita sudah ikut jalannya Rasullullah Saw dan kehidupannya Rasullullah Saw, baru Allah akan jatuh cinta kepada kita. Lalu apa keuntungannya dicintai Allah :
“Fayaghfirlakum Dzunubakum” artinya : “Allah akan ampuni dosa-dosa kita”
Allah akan mengampuni kita, membersihkan kita dari dosa-dosa, digugurkan, walaupun sebanyak buih dilautan. Maka kita akan seperti bayi yang terlahir kembali dari perut ibunya, bersih dari dosa-dosa. Kehidupan sunnah di malam hari ini, dan tekad kita kedepan, akan menyebabkan kita seperti seorang pengantin baru yang duduk di pelaminan. Dimana orang-orang akan mengucapkan selamat kepada kita, “Selamat menempuh hidup baru.” Begitu pula para malaikat akan berduyun-duyun mengucapkan selamat kepada kita, “Selamat menempuh kehidupan baru”, yaitu kehidupan dengan Sunnah Rasullullah Saw.
Jika kehidupan Rasullullah Saw ini ditinggalkan, maka akan timbul masalah-masalah yang besar dalam kehidupan kita. Kita akan menjadi mudah terkesan dengan keadaan. Kita akan jauh dari kebahagiaan karena sudah melenceng dari sunnah. Kehidupan Nabi Saw ini adalah azas daripada kehidupan di dunia ini. Maka kehidupan Rasullullah Saw harus dikaji, bagaimana kehidupan Rasullullah Saw ? kenapa kehidupan Rasullullah Saw ini adalah kehidupan yang paling dicintai Allah Swt ?
Tertib kehidupan Rasullullah Saw ini adalah tertib daripada turunnya Kitab Suci Al Quran. Ketika Rasullullah Saw sebelum diangkat menjadi rasul, semua orang senang dan suka kenapa Nabi Saw, bahkan sampai dibilang “Al Amin”, “Orang yang Terpercaya”, “Yang Jujur”. Sehingga semua orang percaya kepada Nabi SAW. Sifat Nabi Saw ini, jika dititipkan atau diamanahkan sesuatu, maka rasulullah saw akan mengembalikan barang yang dititipkan ini persis, tidak mengurangi apapun, pengembalian yang utuh kepada si pemilik. Berita tentang kejujuran Nabi Saw menyebar kesemua orang, sehingga dari setiap mulut mengatakan, “Al Amin….Al Amin”.
Kisah Nabi SAW :
Suatu ketika ada pertengkaran hebat antar suku selama 3 hari 3 malam di mekkah, yang dipertengkarkan adalah suku mana yang paling berhak mengangkat batu Hajar Aswad ini ke atas ka’bah ketika selesai renovasi. Setiap suku merasa merekalah yang paling berhak untuk meletakkan batu hajar aswad di ka’bah. Akhirnya mereka bermusyawarah untuk mencari mufakat, karena mereka merasa sudah menghabiskan banyak waktu untuk bertengkar. Hasil keputusan musyawarah adalah menunjuk satu orang yang pertama kali masuk mesjid sebagai hakim mereka. Atas kehendak Allah Swt, ternyata secara tiba-tiba yang masuk ke mesjid pertama kali ini adalah Rasullullah Saw. Begitu Rasullullah Saw masuk semuanya bersepakat, “ini adalah al amin….ini adalah al amin.” Mereka berkata, “dialah yang paling berhak menghakimi kita dalam menyelesaikan sengketa ini dan menentukan siapa yang pantas meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya di Ka’bah.” Setelah Nabi Saw masuk, mereka lalu meminta Nabi Saw untuk ikut bermusyawarah dengan mereka. Mereka curhat kepada Nabi SAW tentang masalah yang mereka hadapi dan meminta Nabi SAW menjadi hakim atas masalah tersebut. Asbab daripada sifat Nabi SAW yang cerdas, bijak, dan amanah, maka Nabi Saw meminta selendang kepada mereka peserta musyawarah. Lalu dari selendang tersebut diletakkanlah batu Hajar Aswad ini ditengah. Ke empat suku yang bersengketa diminta oleh Rasullullah Saw untuk memegang setiap sudut dari selendang tersebut dan mengangkatnya untuk diletakkan di Ka’bah. Maka asbab ini selesailah seluruh masalah sengketa dan pertengkaran oleh para suku tersebut. Maka gegap gempita semua orang berteriak, ”Inilah Al Amin…. Inilah Al amin.” Siapa orang yang tidak senang dipuji ? siapa yang tidak senang dirinya mendapatkan gelar yang baik ? Akan tetapi pujian dan celaan semua ini datangnya dari Allah, sebagai ujian kepada Nabi Saw.
Maka ketika Nabi Saw berkhalwat ke gua Hira, Nabi Saw diperintahkan membaca surat pertama yaitu Al Alaq ayat 1 :
“Iqro” artinya : bacalah.
Umat islam diperintahkan untuk membaca. Apa yang diminta untuk dibaca ? sedangkan Al Quran belum sempurna diturunkan. Ini karena ayat-ayat Allah ada ayat yang ditulis sebagaimana Al Quran sezara dzohiriah, namun juga ada ayat-ayat yang bisa dilihat dari peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian di alam. Bahkan semua orang boleh membaca ayat al Quran tersebut yang diperlihatkan dalam peristiwa dan kejadian. Setelah Rasullullah Saw membaca dan membaca keadaan ketika itu, maka suatu goncangan yang dahsyat dengan turunnya ayat al alaq tersebut di bacakan oleh Malaikat Jibril AS. Asbab kejadian ini Rasullullah Saw dihibur oleh istrinya yang tercinta Sayyidina Khadijah R.ha. Kedatangan Jibril ini mendatangkan goncangan yang luar biasa terhadap diri Nabi Saw karena merupakan suatu keanehan yang luar biasa bagi Nabi Saw ketika itu. Namun sang istri, Khadijah R.ha, penyejuk hati dan pendingin mata, mampu menenangkan keadaan Nabi Saw ketika itu, yang sedang kebingungan dan penuh tanda tanya. Ketika itu solusi dari istri adalah membawa sang suami kepada seorang alim besar zaman itu yaitu Waraqah bin Naufal. Waraqah bin Naufal membuka kitab didepan Rasullullah Saw dan Khadijah R.ha. Apa yang disampaikan oleh Waraqoh bin Naufal ?
“Laqad ja akal nausul akbar kama ata musa Alaihis salam wa anta nabiyyin ummah”
Waraqah katakan bahwa telah datang kepada engkau wahai Muhammad seorang malaikat yang besar, yang mulia, yaitu Jibril AS, sebagaimana Jibril AS datang kepada Musa AS, dan engkau adalah Nabi bagi ummat ini. Pemberitahuan daripada seorang alim ini, membuat Rasullullah merasa risau akan tanggung jawab yang besar. Lalu apa yang harus dilakukan setelah itu ? apa yang harus dibuat ? Sehingga Hidayah yang kedua setalah gua Hiro datang kembali melalui perintah kepada Rasullullah Saw :
“Ya Ayyuhal Mudatsir Kum Fa’andzir” artinya : “Wahai orang yang berselimut (Rasullullah Saw) bangkitlah (buanglah selimutmu), bergeraklah, beri peringatan..”
Semenjak saat itu keadaan berubah dalam diri Nabi Saw, beliau bergerak tidak henti dan tidak letih mendatangi setiap manusia, mengetuk setiap pintu, menelusuri lorong-lorong, menyampaikan Agama Allah. Sehingga gelar yang Nabi Saw terima sebagai pujian kini sudah tidak ada lagi. Ini karena mereka saat itu punya adat, yang ingin dirubah Nabi Saw menjadi ibadat. Adat orang-orang pada saat itu suka menyembah dari pada 360 patung-patung yang berserakan disekeliling Ka’bah. Akan tetapi Rasullullah Saw menginginkan agar mereka menyembah hanya kepada Allah Swt. Pada waktu itu tidak ada wirid, yang ada hanya lafadz :
“Ya Ayyuhannas Qullu La illaha Illallah Tuflihu” artinya : “Wahai manusia ucapkanlah La ilaha illallah maka kamu akan berjaya (bahagia atau selamat)”
Lafadz inilah yang dijadikan wirid diucapkan berulang-ulang, dijejalkan ke telinga orang-orang saat itu. Namun bagi orang keyakinannya ada kepada patung dan berhala, mereka tidak bisa menerima daripada ajakan Rasullullah Saw. Karena antara ajakan dengan keinginan orang-orang pada saat itu berbeda, menyebabkan hati mereka berontak. Dari pemberontakan hati ini, dari hati yang sama dulu memuji “Al Amin”, kini keluar lah cacian, “Ya Sahir” engkau adalah seorang penyihir, “Ya Syair” engkau adalah seorang penyair, “Ya Majnun” engkau adalah seorang gila. Padahal baru kemarin rasanya mereka memanggil “Al Amin” kini berubah memanggil “Al Majnun”. Namun Nabi Saw tidak patah dan berhenti hanya karena celaan ini. Ini karena Nabi Saw tidak terkesan akan pujian dan celaan. Inilah kehidupan yang betul-betul dicintai oleh Allah Swt, yaitu tidak terkesan dengan keadaan, tidak terkesan dengan pujian atau celaan. Demikan pula ini ummat, dulu di kurun waktu awal. Maka kalau ada ummat yang berjalan seperti ini, pindah dari mesjid ke mesjid, mengetuk dari pintu ke pintu, bagi mereka yang simpati akan memberi gelar kepada mereka sebagai aulia-aulia Allah, ahlullah, para wali Allah. Namun sekarang Allah menguji apakah kita setia setia pada Allah dan pada kerja dakwah ini, atau terkesan kepada keadaan. Maka kini ada yang memberi gelar kepada kita sebagai teroris-teroris. Mau pujian sebagai aulia Allah ataupun sebagai teroris, jangan kita lari, tetapi tetaplah berada dalam usaha Rasullullah Saw ini. Dengan cara seperti ini maka amal kita ini akan melekat pada diri kita, sebagaimana kehidupan daripada Rasullullah Saw. Rasullullah Saw tidak pernah terkesan dengan keadaan, tetapi terkesannya dengan perintah Allah Swt, begitupula dengan kita. Orang yang mudah terkesan dengan keadaan, maka hidupnya akan terombang-ambing oleh berbagai peristiwa. Apabila kita tekuni daripada kerja Nabi Saw, dimana kerja Nabi Saw ini adalah jalan untuk mencintai Allah Swt. Sehingga orang-orang yang mengikutinya akan menjadi orang-orang yang dicintai oleh Allah Swt.
Sehingga Murid daripada Rasullullah Saw, yaitu Abdullah bin Mas’ud RA, mengatakan :
“Layasta’minul imanul abdi hatta yakuna qodihuhu awama dihuhu alaihi sawa”
Artinya : “Maka tidak akan sempurna iman seseorang sehingga orang yang mencela kepadanya atau memuji kepadanya, baginya sama saja”
Maksudnya apa :
1. Orang datang mencela atau menghina dia tidak terkesan
2. Orang memujipun dia juga tidak terkesan
Baginya orang yang mencela atau memuji sama saja, tidak merubah daripada hatinya atau keimanannya. Terkesannya nanti pada kerja dakwah ini saja. Ini karena kerja yang mulia ini dilirik oleh orang yang setia kepada Rasullullah Saw dan orang yang dicintai oleh Allah Swt. Bukan dilirik oleh mata dzohirnya tetapi di lirik oleh mata bathinnya. Ketika dilirik oleh mata Bathinnya, maka yang dinyatakan sendiri oleh Allah Swt :
“Qul Hadzihi Sabili” : Katakanlah wahai Muhammad Ini adalah Jalanku (jalan hidup Rasullullah Saw).
Apa jalan hidup Rasullullah Saw ? Apakah jalan perdagangan ? jalan pertanian ? jalan industri ? tidak melainkan :
“Ad’u illallah” : Yaitu mengajak manusia taat kepada Allah. (Ad’unnaas : mengajak manusia)
Umat ini menjadi hebat karena dikeluarkan untuk manusia, tugas dakwah ini untuk mengajak manusia. Ini mengajak manusia saja belum selesai kita dakwahi, kita sudah tergesa-gesamau dakwah mengajak Jin. Jangan tergesa-gesa, sempurnakan dakwah kita kepada manusia, nanti ada masanya jin akan ikut sendiri.
Bagaimana cara dakwah kita :
“Ala Bashirotin” : yaitu dengan mata hati.
Ada dua jenis penglihatan :
1. Mata yang ada di luar ini adalah Bashor
2. Mata yang ada di dalam Qalbu atau hati kita ini adalah Bashiroh
Jika orang sudah memandang dengan pandangan Hati ini maka ia akan mendapatkan fadhilah “Ilmun Sam” atau Ilmu yang sempurna. Maka untuk memahami perintah-perintah Allah ini tidak bisa dengan menggunakan kecerdasan yang ada dalam otak, melainkan dengan mata hati kita. Jika mata hati ini sudah bertaqwa maka yang akan keluar adalah sinar ketaqwaan. Attaqwa Hahuna 3 kali kata Rasullulah Saw. Jika kita sudah bertaqwa kepada Allah maka kita harus ikut tertib yang diperintah oleh Allah Swt dan ikut caranya Rasullullah Saw.
Allah Swt berfirman :
“Wattaqullah wayuallimukumullah” : Jika kita bertaqwa kepada Allah, maka Allah sendirilah yang akan mengajarkan ilmu kepada kita.
Maka jika Allah ingin mengajarkan maka tidak akan ada sesuatu yang sulit ataupun rumit. Sehingga kita bisa paham saat itu juga sebagaimana kepahaman orang-orang yang sudah mendapatkan Ridho Allah Swt, yaitu para sahabat RA. Fikir para sahabat ini adalah bagaimana mereka bisa mentransfer kehidupan Nabi Saw kedalam dirinya dan kehidupannya secara Kaffah, 100%.
Kecintaan Salman RA terhadap Sunnah Nabi SAW
Suatu ketika Nabi Saw mengajak Salman RA berjalan-jalan ke atas bukit. Salman RA melihat Nabi Saw mematahkan sebuah ranting lalu menguncang-guncangkannya, sehingga daun-daunnya berguguran. Nabi Saw berkata kepada Salman RA, “Wahai Salaman mengapa engkau hanya melihat saja dan tidak menanyakan mengapa aku melakukan ini.” Maka Salman langsung mengikuti daripada perinah Rasullullah Saw, “Ya Rasullullah mengapa engkau melakukan itu ?” Nabi Saw menjawab,“Wahai Salman ketahuilah sesungguhnya orang yang melakukan sholat 5 waktu, dosa-dosanya bergugurang sebagaimana daun-daun yang gugur dari ranting ini.” Maka setelah wafatnya Rasullullah Saw, Salman RA merindukan sesuatu yang dilakukan Rasullullah Saw, namun belum dikerjakannya. Maka Salman RA mengajak kawannya untuk pergi ke bukit, ketempat dimana Rasullullah Saw pernah mengajaknya. Ketika itu Salman RA melakukan dengan sempurna 100 persen dari gaya, cara, posisi, yang dilakukan Rasullullah Saw ketika itu yaitu mematahkan Ranting lalu menguncang-guncangkannya, sehingga daun-daunnya berguguran. Sama seperti bersama Nabi Saw, Salman bertanya kepada kawannya abu sulaiman, “Wahai Abu Sulaiman mengapa engkau hanya melihat saja dan tidak menanyakan kenapa aku melakukan ini ?” Maka abu sulaimanpun bertanya sebagaimana salman bertanya ketika bersama Rasullullah Saw, “Wahai salman mengapa engkau melakukan itu ?” Salman menjawab,“Wahai Abu Sulaiman ketahuilah sesungguhnya orang yang melakukan sholat 5 waktu, dosa-dosanya bergugurang sebagaimana daun-daun yang gugur dari ranting ini.”
Waktu atau Kurun boleh berlalu, tahun boleh berganti, tetapi sunnah Rasullullah Saw harus hidup sampai kehidupan ini berhenti. Hari ini kehidupan dan jalan Rasullullah Saw ada di depan mana kita, namun bagaimana kita bisa melihatnya dengan mata hati kita. Kalau kita hanya melihat dengan mata dzohir kita maka ini tidak akan mampu menangkap kemuliaannya. Mata dzohir kita ini rentan sama tipuan dzohiriah yang bisa berubah-rubah kenyataannya. Sehingga sunnah daripada Rasullullah Saw menjadi tidak nampak karena melihat ada yang lain yang lebih baik secara dzohiriah. Padahal yang baik menurut pandangan mata belum tentu baik untuk kita. Inilah ujian bagi kita. Semua yang kita lihat ini adalah intihan, ujian bagi ini ummat. Maka setan ini sangat pandai mengalihkan pandangan kita, yaitu :
1. Dimunculkankan keindahan terhadap sesuatu yang terlihat oleh mata dzohir.
2. Dimunculkan kebosanan kita terhadap kerja yang mulia ini.
Maka sebentar saja kita sudah mengucapkan selamat tinggal terhadap kerja yang mulia ini asbab tertipu oleh pandangan dzohir yang seakan-akan indah yang dibuat oleh setan Laknatullah Alaih. Kita tinggalkan jalan daripada Rasullullah Saw menuju ke jalan yang kita lihat menarik secara pandangan mata dzohiriah ini. Maka jika dengan demikian yang terjadi, kelak kita baru tahu bahwa kita sudah terjerumus menjadi pecinta-pecinta yang palsu tadi.
Analogi Kerja Guru dan keadaan Ummat
Seorang guru ini digaji oleh Kepala Sekolah atau Kepala Madrasah. Maka dia diberikan fasilitas-fasilitas oleh sekolah atau madrasah. Tugasnya guru ini untuk apa ? mengajar titik. Akan tetapi guru ini melihat tembok sekolah kok kelihatannya sudah usang. Maka si guru ini inisiatif untuk mengecat sendiri tembok tersebut dan mengganti warna tembok sekolah yang sudah kumuh dan usang tadi. Maka apa yang terjadi ? ketika bel sekolah berbunyi, waktu dia harus mengajar, si guru tersebut masih sibuk memperbaiki dan mengecat tembok yang sudah usang tersebut. Sehingga dia dipanggil oleh kepala sekolah, “Wahai pak guru itu bel sudah berbunyi dan anak-anak sudah menunggu untuk di ajar, bapak kenapa tidak mengajar ?” Maka si guru tersebut mengatakan, “Eh bapak kepala sekolah, mengapa anda tidak paham ? bukankan mengecat tembok sekolah ini merupakan suatu kebaikan ? memperbaiki tembok sekolah ini merupakan suatu kebaikan ? mempercantik sekolah suatu kebaikan ? ini adalah suatu kebaikan.” Kepala sekolah menjawab, “Betul itu suatu kebaikan, namun kamu digaji bukan untuk mengecat atau memperbaiki tembok, kamu digaji untuk mengajar.”
Keadaan umat hari inipun demikian. Ummat yang berontak hatinya tadi juga demikian pemikirannya. Apakah bekerja untuk keluarga, mencari nafkah, memberi orang lain pekerjaan, juga bukan merupakan suatu kebaikan ? itu suatu kebaikan menurut mereka. Ummat Nabi Saw saat ini tidak pernah merasa dosa apabila meninggalkan daripada dakwah ini. Padahal ketika dia mengucapkan selamat tinggal kepada dakwah ini, dia sudah menjadi pengkhianat, menjadi pecinta-pecinta palsu bagi Allah dan Rasulnya. Ini karena ummat ini memandang kerja ini dengan mata bashor, mata dzohir mereka, bukan dengan mata bashir mereka atau mata hati mereka. Sehingga ummat ini seperti orang yang tidak bisa membedakan perintah-perintah yang diutamakan. Ada perintah dari RT, ada perintah dari kelurahan, ada perintah dari kecamatan, ada perinta dari walikota, ada perintah dari bupati, ada perintah dari gubernur, ada perintah dari menteri, ada perintah dari presiden. Perintah-perintah ini mempunyai keutamaan-keutamaan. Ummat hari ini tidak paham kedudukan-kedudukan dari perintah-perintah yang ada. Sehingga ummat hari ini tidak bisa membedakan antara perintah RT dengan perintah Presiden. Demikian juga kita tidak bisa membedakan antara Amal dakwah ini dengan Amal yang lain. Padahal Dakwah ini tidak sama dengan amal pada umumnya. Allah Swt sudah membedakan dengan jelas antara Amal Dakwah dengan Amal yang lainnya pada umumnya. Allah pisahkan kekhususan amalan dakwah ini dengan amalan yang lainnya :
“Waman Ahsanu Qoulan Mimman da’a illallah wa amilan sholihah wa qolla innani minal muslimin”
Artinya : “Mana perkataan yang lebih baik daripada perkataan orang yang mengajak taat (dakwah) kepada Allah……..”
Disini seakan-akan Allah menantang amal mana lagi yang lebih baik daripada dakwah, inilah keutamaan amal dakwah tersebut. Kemuliaannya dan ketinggiannya sudah allah bedakan dengan amal-amal lain pada umumnya.
“Wa amilan sholihah” : dan beramal sholih.
apakah dakwah ini tidak termasuk daripada amal sholih ? orang tua kita mengatakan dalam bayannya tentang tafsir wal asri oleh Ulama KH. Ali Maksum dari pondok pesantren Krapyak, Jogyakarta, yang dikenal dengan Kyai kuno atau traditional. Kyai Maksum yang kyai kuno ini bisa menjelaskan tentang kekhususan dakwah. Anehnya Kyai Modern tidak bisa menjelaskan kekhususan dakwah ini. Jadi menurut kyai ini semua orang dalam kerugian, orang kaya rugi, yang miskin rugi, yang berpangkat rugi, orang awam rugi, orang desa rugi, orang kota rugi, orang pintar rugi, orang bodoh rugi, kecuali orang-orang yang mempunyai 4 sifat. Siapakah mereka yang memiliki 4 sifat sehingga tidak terkena dampak kerugian tersebut :
1. Illalladzina amanu : kecuali orang yang beriman
1. Wa amilan sholihah : kecuali orang-orang yang beramal sholih
1. Wattawa shoubil Haq : kecuali orang yang berdakwah, orang yang menasehati yang Haq
è Inilah yang kosong atau tidak dilakukan selama ini, saling berwasiat, saling mengulang-ulang, mentakror, tentang yang Haq.
1. Wattawa Shoubil Sobr : kecuali orang yang saling berwasiat untuk kesabaran
è Ini karena dalam kerja dakwah ini kesabaran merupakan suatu keharusan. Sangat riskan jika kita berdakwah ini tanpa kesabaran. Kerja dakwah ini satu pelaminan dengan Sabar yang tidak bisa dipisahkan. Jika kita mau terjun dalam dakwah, syarat yang pertama adalah kita harus sabar. Jadi dakwah ini tidak bisa berdiri sendiri tanpa kesabaran. Tanpa Sabar kita tidak akan bisa dakwah.
Jadi kalau kita mempunyai kriteria ini :
1. Keimanan yang betul dan kuat
2. Amal-amal Sholih yang lurus
3. Dakwah atas yang Haq
4. Kesabaran
Maka kita akan terselamatkan daripada kerugian di akherat nanti. Inilah kekhususan dakwah yang dijelaskan oleh Kyai Ali Maksum tersebut. Dakwah ini adalah induk dari segala hasanat, ummul hasanat. Induk dari segala kebaikan ini adalah dakwah. Ini jika dakwah ini benar-benar dihidupkan.
Kisah Rabi’ah Al Adawiyah
Seorang wanita tetapi dia membawa fikir dakwah, maka dia tidak akan terkesan dengan pandangan-pandangan dzohir, walaupun dia miskin tidak memiliki apa-apa di rumahnya. Wanita ini selain menjadi da’iyah, dia tidak akan terkesan kepada pesona-pesona keduniaan yang menyebabkan dia keluar rumah. Dia tidak akan terkesan dengan kebendaaan yang indah-indah, bahkan dia tidak akan memasukkan kebendaan yang indah-indah dipandang mata tersebut kedalam rumahnya. Melainkan dia akan hiasi rumahnya dengan amalan-amalan seperti tasbihat, dzikir, tilawat, tahajjud. Bagi orang yang biasa menghidupkan amalan ini, ketika dia melihat benda maka dia akan melihat itu sebagai suatu amalan. Jika ada takaza mengorbankan benda tersebut di jalan Allah, tidak sulit baginya mengorbankannya. Sehingga benda-benda tersebut berubah dari maal menjadi suatu amalan. Inilah perbedaan antara ahlul maal dan ahlul amal.
Maka suatu saat rumah yang dihuni oleh wanita dai’yah ini dilirik oleh kalangan pencuri sebagai rumah yang mudah untuk dijadikan target pencuriannya. Maka masuklah pencuri tersebut kerumah wanita tadi. Namun asbab sifat wanita tersebut yang betul-betul dermawan, apabila ada orang lain masuk ke rumahnya maka akan dia jamu. Namun kali ini yang masuk adalah seorang laki-laki yang maling. Sehingga dari balik tirai hijab, yang memisahkan pandangan atau tempat laki-laki dan perempuan, si wanita ini memandang dengan mata hatinya. Sehingga wanita ini tau apa yang di inginkan daripada si pencuri tadi. Maka si wanita ini katakan dari balik hijab, “Wahai pemuda sesungguhnya kamu tidak akan mendapatkan apa yang engkau cari di dalam rumah ini, namun di sebelah kananmu itu ada kendi yang berisi air, berwudhulah lalu sholatlah dua rekaat, mintalah kepada Allah, maka Allah akan memberikan apa yang kamu cari disini.” Mendengar suara dari wanita sholihah ini mampu membuat seorang laki-laki ini ketakutan. Inilah bahwa suara dari seorang perempuan yang mampu menundukkan seorang laki-laki. Sehingga si maling ini mengambir air dari kendi tersebut dengan penuh ketakutan untuk berwudhu dan sholat 2 rekaat. Ketika si maling ini sholat, si wanita inipun berdoa :
“Ya Allah telah masuk kerumah ku seorang pemuda, untuk mencari sesuatu yang dia tidak dapatkan disini. Ya Allah kini pemuda tersebut, sedang mengetuk pintu rahmatmu, maka berikanlah apa yang dia cari dan bukakanlah pintu rahmatMu.”
Sebelum pemuda maling tadi, mengucapkan salam, serta merta terdengar ketukan pintu dari luar rumah wanita tadi. Maka si wanita tersebut bertanya : “Siapa gerangan diluar ?” si pengetuk pintu tadi menjawab, “Saya adalah utusan Raja, saya diperintahkan Raja untuk membawa hadiah yang banyak untukmu. Harap diterima pemberian ini.” Maka wanita tersebut menjawab, “Jika hadiah itu berupa kebendaan-kebendaan maka jangan masukkan ke rumahku, karena aku sudah terbiasa tidak membawa kebendaan-kebendaan masuk kedalam rumahku. Letakkan saja di depan halaman rumahku”. Maka si wanita tadi berkata kepada pemuda maling tersebut, “Wahai pemuda yang masuk ke rumah ku sesungguhnya engkau sudah mengetuk pintu Allah Swt, sekarang lihatlah apa yang Allah telah kirimkan kepadamu. Di depan pintu halamanku engkau bisa mencari apa yang engkau inginkan.” Maka ketika si pemuda pencuri ini keluar dari rumah, dia dapatkan didepan rumah harta yang sangat banyak diberikan dari kerajaan di depan matanya. Melihat ini si pemuda langsung menangis, “Kenapa selama ini saya saya selalu mengambil hak orang lain dengan cara menyusahkan mereka, padahal dengan sholat dua rekaat saya bisa mendapatkan apa yang saya inginkan.” Sesal pemuda pencuri tersebut. Inilah kisah daiyah seorang wanita waliullah, yang bernama Rabi’ah Al Adawiyah.
Inilah suara dakwah dari seorang wanita ini mampu menyebabkan seorang pencuri berubah menjadi seorang wali. Inilah kehebatan daripada dakwah. Namun kita tidak pernah menyadari ataupun memahami peristiwa ini. Kita tidak pernah bermudzakaroh mengenai hal seperti ini. Jadi kekuatan daripada dakwah ini luar biasa. Hebatnya ini ummat, cantiknya ini ummat, bukanlah karena ibadahnya, melainkan Allah nyatakan dalam Al Quran :
“Kuntum Choiru Ummah” : “ Sesungguhnya Kalian adalah ummat yang terbaik”
Allah nyatakan disini kita ini adalah “The Best Ummah”, ummat yang terbaik, tidak ada ummat yang lebih baik dari ummat ini. Ummat yang paling baik melebihi ummat-ummat terdahulu. Jadi kalau ada orang yang menanyakan : “Kenapa kamu mau ikut khuruj-khuruj seperti itu ?” maka kita harus berani dan tegas mengatakan, “Kenapa saya tidak mau mengambil yang terbaik ? Ini adalah yang terbaik.” Dengan ketegaran yang seperti ini, maka kerja ini akan menampakkan manfaat bagi kita. Dakwah ini adalah induk dari semua hasanat, dan kerja-kerja agama yang lain itu adalah buah dari kerja dakwah ini.
Allah Swt lanjutkan dalam firmannya :
“Ukhrijat Linnas” : “Yang dikeluarkan untuk semua manusia”
Disini Allah mengatakan Ukhrijat bukan khorajat, dalam ilmu nahwu maksudnya adalah kalau khorajat berarti kita sendiri yang mengeluarkan, tetapi ini ukhrijat berarti siapa yang mengeluarkan ? Allah Swt. Hadirnya kita malam ini disini adalah Allah yang mengeluarkan kita untuk datang kesini. Berbahagialah kita yang dikeluarkan Allah untuk semua manusia. Ini adalah bagian dari kehendak Allah Swt mengeluarkan kita untuk manusia. Ini agar semua manusia ini mau melihat kita, bercermin kepada kita, karena kita sebagai “Choiru Ummah”. Agar kita bisa menjadi cermin ummat, maka janganlah kita sekali-kali ada keinginan untuk memecahkan cermin tersebut. Jika ummat harus melihat cermin yang sudah pecah-pecah, maka mereka hanya akan menemukan wajah yang telah terpecah-pecah, tidak utuh, dan bengkok-bengkok. Wajah ummat yang bengkok-bengkok ini adalah asbab kita, Choiru Ummah yang telah pecah seperti cermin yang pecah. Ummat ini adalah penentu arah manusia mau dibawa kemana.
“Al Mukmin mid’atul Mukmin” : “Orang beriman menjadi cermin bagi orang beriman”
Namun kalau cerminnya pecah bagaimana jadinya ? Lalu Allah Swt melanjutkan dalam Firmannya :
“Takmuruna bil ma’ruf watan hauna anil mungkar.”
Artinya : Mengajak kepada amalan yang Ma’ruf dan mencegah daripada amalan Yang Mungkar.
Disini ada 2 amalan yang Allah perintahkan :
1. Ada perintah mengerjakan amalan Makrufat
2. Ada perintah menghindari amalan Mungkarot
Dalam ushul-ushul dakwah yang sering kita mudzakarohkan berulang-ulang lagi dan lagi, disitu terdapat ushul-ushul amalan makrufat (Amr Makruf) dan amalan mungkarot (Nahi Mungkar) yaitu :
4 hal yang diperbanyak inilah amalan Makrufat :
1. Dakwah illallah
2. Taklim wa Taklum
3. Dzikir Ibadah
4. Khidmat
Jika ini kita lakukan maka ini akan menyebar kemana-mana dan mereka akan melakukan amalan-amalan ini. Hari ini kita terkantuk-kantuk mendengarkan hal ini, padahal pembicaraan seperti ini adalah puncaknya makrufat. Bayangkan jika setiap orang mau berdakwah, mau taklim belajar agama ataupun mengajarkannya, setiap orang mau membuat amalan dzikir, baca qur’an dan sholat-sholat wajib maupun sunnah, lalu mereka mau berkhidmat. Maka jika ini tersebar, suasana makrufatpun akan terbentuk dan tersebar.
4 hal yang ditinggalkan ini adalah amalan Nahi Mungkar (Munkarot) :
1. Berharap kepada Mahluk
2. Meminta kepada Mahluk
3. Memakai Barang tanpa izin
4. Boros dan Mubazir
Berharap kepada selain Allah dan meminta kepada selain Allah adalah bentuk kemungkaran yang terbesar kepada Allah. Begitu juga memakai barang tanpa izin ini adalah pembangkangan terhadap nilai-nilai yang Allah cintai yaitu sifat amanah. Sedangkan Boros dan Mubazir ini adalah sifatnya setan. Jadi Ushul-ushul dakwah ini seharusnya kita renungkan dan kita hayati.
Maka sudah seharusnya kita berdoa kepada Allah dimalam hari mohon kekuatan untuk dapat mengamalkan amalan makrufat dan melindungi kita dari amalan mungkarot. Mohonkan agar keyakinan kita senantiasa terjaga dari sifat berharap dan meminta kepada selain Allah :
“Iyyakana’budu wa iyyakanashta’in” : “Hanya kepada engkau kami menyembah dan meminta pertolongan”.
Kalau kita ibadah dan sujud kepada Allah, namun tangan kita masih mengadah kepada Mahluk, ini keyakinan yang macam apa. Jadi jangan kita mengharap kepada mahluk apalagi meminta, berharaplah dan memintalah hanya kepada Allah. Kita harus tau bagaimana bermuamalah yang baik. Jika itu milik dan hak orang lain jangan kita ambil. Jika kita mengambil daripada hak orang lain yang bukan hak kita, maka ini akan menyebabkan rizki yang kita dapat ini bisa menjadi tidak halal. Jika rizki yang kita dapat tidak halal, maka ibadah-ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah Swt. Semua yang namanya urusan Rizki ini nanti akan Allah tanyakan datangnya darimana dan kemana dihabiskannya, ini semua akan dihisab oleh Allah Swt. Oleh karena itu jangan Boros dan Mubazir. Boros dan Mubazir ini adalah sifat-sifat setan. Bagaimana jadinya dalam kehidupan kita ini jika kita mengadopsi daripada sifat-sifat setan kedalam kehidupan kita. Na’udzubillah mindzalik.
Untuk bisa mendapatkan 4 amalan Makruf ini dan menghindari 4 amalan mungkarot maka hanya bisa dengan pertolongan Allah Swt saja yaitu dengan do’a.
“La haula wala Quwwata illa Billah” : “Tidak ada kekuatan selain pertolongan daripada Allah Swt.”
Hari ini kita yang kita dengar hanya kata-kata akibatnya kita tidak bisa membedakan mana yang mungkar dan mana yang makruf. Maka dari itu jika kita sudah betul-betul melakukan perkara dakwah ini, maka kita ambil dakwah ini secara keseluruhan dari tertib-tertibnya dan sifat-sifatnya, baru kita akan bisa sampai ke tujuan. Ulama katakan :
“Man arodhal ushul fa alaihi bil ushul” : “Siapa yang ingin sampai maka dia harus menyempurnakan ushul dan tertib-tertibnya”
Kita ingin sampai tapi tidak mau tertib maka yang akan terjadi kita akan jalan di tempat dan tidak akan sampai-sampai. Maka bukan 4 bulan, 40 hari, 3, hari, ini hanya kejar tanggal untuk menaikkan nilai kita saja. Namun jika kita ingin sampai ketujuan maka seluruh kehidupan kita harus kita curahkan pada kerja ini, dan tidak terkesan dengan keadaan.
Kegigihan Nabi Saw mempertahankan Kerja Dakwah dari godaan dunia
Bagaimana gigihnya Rasullullah Saw mempertahankan kerja ini dari berbagai macam ujian dan keadaan. Orang-orang Quraish ketika itu ingin menghentikan Nabi Saw dari melakukan kerja ini, maka mereka selidiki kehidupan Rasullullah Saw. Sebagaimana ummat ini mengkaji kehidupan Rasullullah Saw dalam sirah Nabawiyah. Maka apa yang orang-orang Quraish temukan pada waktu itu :
1. Nabi Saw masih muda dan istrinya sudah tua ketika itu
2. Kehidupan Nabi Saw miskin
3. Hidup tanpa jabatan
Maka datanglah para pemimpin quraish menghadap Nabi Saw dengan tawaran-tawaran :
1. Apabila engkau menginginkan wanita-wanita yang cantik, muda, dan belia, maka kami akan bariskan dihadapanmu.
2. Harta akan diberikan yang banyak agar menjadi orang terkaya di Quraish
3. Jabatan akan diberikan agar menjadi orang terpandang di Quraish
Namun Nabi Saw karena sudah punya sifat istikhlas walaupun istrinya sudah jauh lebih tua melebihi dirinya, harta tidak punya, dan jabatan tidak ada, Beliau tetap tegar menghadapi tawaran-tawaran yang indah tersebut. Apa kata Nabi Saw :
“Walaupun kalian mampu memberikan bulan ditangan kananku dan matahari ditangan kiriku, supaya saya tinggalkan kerja dakwah, Maka saya tidak akan tinggalkan selama-lamanya walaupun hanya sekejap mata.”
Nabi Saw jika hanya ingin hidup untuk dirinya sendiri maka dia bisa hidup dengan nyenyak. Kalau yang dipikirkan hanya untuk keluarganya saja, maka dia bisa hidup enak dan nyaman dengan tawaran-tawaran tersebut. Namun yang selalu ada dipikiran Nabi Saw adalah bagaimana ini ummat. Bukan hanya sekedar ummat yang masuk dalam fikir Nabi Saw namun ummat yang belum jadipun sudah masuk dalam fikir Nabi Saw.
Kisah Nabi Saw mendapat siksaan di Thaif
Ketika anak-anak Thaif melemparkan Nabi Saw dengan batu yang menyebabkan Nabi Saw bermandikan darah. Malaikat katakan, “Ya Rasullullah andaikan engkau berkenan maka aku akan angkat kedua gunung yang menghimpit Thaif, Lalu akan aku hancurkan Thaif dengan membalikkan gunung tersebut menghantam Thaif. Sehingga semua orang akan mati tergencet oleh kedua gunung tadi.” Apa yang Nabi Saw lakukan :
“Tidak jangan lakukan itu. Saya hingga saat ini masih memikirkan dan mengharapkan air yang masih tersimpan didalam tulang sulbi (belum menjadi sperma) kelak akan di dzohirkan (dinampakkan) oleh Allah Swt sebagai penyembah Allah Swt dan tidak akan musyrik selama-selamanya.”
Jadi fikir Nabi Saw yang sedemikian rupa yang menyebabkan agama tersebar di seluruh alam. Maka untuk inilah dakwahnya rasul saw tidak bisa dihentikan dengan apa saja :
1. Nabi Saw diuji dengan kesenangan yaitu tawaran-tawaran pemimpin Quraish
2. Nabi Saw diuji dengan kesusahan dari penyiksaan sampai percobaan pembunuhan
Semuanya Nabi Saw lewati dengan tegar dan sabar, tidak berhenti sedikitpun dari dakwah walaupun hanya sekejap mata. Sebagaimana seseorang belajar tahfidz (menjadi seorang hafidz), dia akan pelajari daripada tajwidnya, makhrojnya, al quran. Namun kalau ditanyakan kepada orang yang tahfidz ini, “Apakah bumi itu datar atu bundar ?” maka si murid ini akan menjawab, “Saya tidak mempunyai pengetahuan tentang itu.” Ini karena tarbiyah dan intihan yang dihadapi santri ini adalah pelajaran-pelajaran tentang tahfidz Qur’an. Jadi tidak perlu membaca daripada buku-buku yang menjelaskan bahwa bumi ini datar atau bundar. Demikian istikhlasnya si santri ini dalam pelajarannya adalah menjadi ahli dalam ilmu tahfidz tadi. Kitapun demikian juga cukup dengan menjadi ahli 6 sifat saja, jangan kita terjebak ilmu ini dan itu. Pegangan kita harus seperti ini, “Saya memang tidak tahu ini dan itu, namun yang saya ketahui cukup dengan enam sifat saja.”
Seorang calon dokter ketika dia masuk ke universitas kedokteran, namun yang dia baca malah buku-buku tentang elektronik, maka tidak mungkin dia akan lulus menjadi dokter yang baik. Dalam praktek beda antara praktek seorang dokter dengan seorang yang ahli tehnik bangunan. Kalau seorang ahli bangunan maka yang akan dia bawa adalah kertas gambar, penggaris, polpen, untuk bisa membuat konstruksi bangunan. Beda dengan dokter yang harus membawa pisau bedah, thermometer, suntik, dan obat-obatan dalam melaksanakan tugas kedokterannya. Inilah praktek memang seperti itu. Dokter yang baik adalah dokter yang mampu mengobati daripada pasien. Jika kita memandang kerja ini hanya dengan pandangan bashor, bukan dengan bashiroh, maka sulit kita bisa mencapai derajat Istikhlas sebagaimana Rasullullah Saw. Jika ini terjadi maka kita akan mudah terombang-ambing, sehingga tertaskyl dengan dakwah-dakwah keduniaan. Ini menyebabkan kita akan meninggalkan kerja yang mulia ini. Inilah maksud dari pertemuan kita malam ini yaitu bagaimana bisa wujud dalam diri kita ini sifat istikhlas dalam dakwah.
Dalam kerja ini bahwasanya seseorang itu dapat hidayah atau tidak dapat hidayah ini adalah urusannya Allah Swt. Namun yang penting bagi kita adalah kecintaan kita terhadap kerja ini saja. Ada saja orang yang tidak paham mengkritik, “Oh kerja model seperti itu datang dari rumah ke rumah dengan mengetuk pintu itu terlalu lambat, kuno. Sekarang kita sudah ada televisi, sekali siaran ratusan ribu rumah bisa dicapai.” Namun cara seperti itu bukanlah cara seperti yang dilakukan Rasullullah Sw. Lalu mereka akan berkata lagi, “Tuh liat tidak ada yang mau ikut kan.” Maka bergembiralah orang yang bisa mendapatkan dirinya istiqomah yaitu ketika orang ikut, dia bersyukur, dan ketika orang tidak ada yang ikut, dia tetap istiqomah. Apabila kita mengambil jalan dakwah ini namun tidak mengadopsi cara dan kehidupan Rasullullah saw, maka yang akan terjadi adalah rekayasa-rekayasa pemikiran saja.
Inlah kerja dakwah Rasullullah Saw yaitu dengan membentuk rombongan-rombongan dakwah. Hingga menjelang wafatnya sekalipun Rasullullah Saw masih membentuk rombongan Usamah bin Zaid untuk diberangkatkan di jalan Allah. Bahkan rombongan belum sampai ke tujuannya, Rasullullah Saw sudah meninggal dunia. Rombongan yang sudah berjalan ini terkesan dengan keadaan sehingga mereka bermusyawarah ingin kembali ke madinah. Ini karena mereka mendengar wafatnya Rasullullah Saw dan Madinah akan serang oleh yahudi dan romawi. Sedemikian mencekamnya suasana ketika itu. Selepas musyawarah maka diutuslah Umar RA untuk menemui Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq. Umar RA meminta agar rombongan tersebut bisa ditarik pulang untuk membantu pengamanan di madinah dari serangan musuh. Namun apa kata Abu Bakar RA :
“Wahai umar katakan kepada mereka, apakah mereka ingin menjaga islam atau menjaga Madinah ? Kalau ingin menjaga islam teruskan daripada perjuangan. Saya tidak bisa menarik rombongan yang telah dibentuk oleh Rasullullah Saw di masa hidupnya. Bagaimana saya bisa menarik rombongan yang telah dibentuk Rasullullah Saw tersebut setelah wafatnya.”
Umar RA lalu berkata, “Kalau begitu nanti bagaimana dengan nasib istri-istri Rasullullah Saw jika diserang oleh Romawi.” Secara serta merta Sayyidina Abu Bakar RA memegang daripada leher baju umar RA :
“Ajjabbaru Fi Jahiliah wa Khawarun fi Islam” : “Wahai Umar apakah kamu seorang pemberani ketika Jahiliyah namun menjadi seorang cengeng ketika dalam islam.”
seorang yang lembut namun demi agama bisa menjadi keras, dan seorang yang keras demi agama bisa menjadi lembut, inilah kehidupan. Abu Bakar RA paham walaupun rombongan tersebut kembali tidak akan mampu melindungi daripada istri-istri Rasullullah Saw. Ini karena penjaga yang sebenarnya ini adalah Allah Swt. Perintah dari rombongan usamah ini sudah dikeluarkan langsung oleh Rasullullah untuk berangkat di jalan Allah bukan untuk melindungi daripada istri-istri Rasullullah Saw. Jadi siapa yang akan menjaga istri-istri Rasullullah Saw ini ? Allah Swt. Jika seseorang itu membantu agama Allah maka Allah pasti akan bantu dia keluar dari masalah-masalahnya. Jika rombongan usamah berangkat maka dia akan membantu islam, dan orang-orang islam akan dijaga oleh Allah. Namun jika rombongan usamah ini pulang maka dia hanya membantu orang-orang islam, namun rombongan usamah tidak akan mempu melindungi daripada kota madinah dari serangan musuh. Mana yang didahulukan membantu islam atau membantu orang islam. Abu Bakar RA yakin jika kita membantu agama Allah yaitu dengan tetap mengirimkan rombongan usamah sesuai perintah Nabi Saw maka Allah akan menjaga dari pada orang-orang islam di madinah. Maka apa yang dikatakan Abu Bakar RA :
“Seandainya ada serigala-serigala buas menyeret-nyeret daripada tubuh istri-istri Rasullullah Saw dan mencabik-cabiknya, saya lebih rela melihat keadaan seperti itu daripada harus melihat islam itu tercabik-cabik.”
Padahal diantara istri Rasullullah Saw ini adalah termasuk anaknya Abu Bakar RA sendiri, yaitu Aisyah R.ha. Sayyidina Abu Bakar RA tidak memikirkan daripada nasib anaknya ini melainkan yang dipikirkan adalah nasib daripada agama Islam. Sedangkan hari ini kita tidak lagi mewarisi daripada sikap Abu Bakar RA. Hari ini kita gara-gara anak dan istri, kita rela meninggalkan perjuangan agama. Ini karena umat hari ini melihat perjuangan agama dari mata Bashornya bukan mata Bashirohnya.
Ujian datang kepada ummat ketika itu dibawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar As Shidiqqe RA. Selain ancaman dari orang yahudi dan romawi yang akan menyerang madinah. Timbul juga kekacauan dengan banyaknya orang murtad dan Nabi palsu. Namun dalam sejarah tidak ada tercatat diantara para sahabat RA yang mendampingi Nabi Saw dalam perjuangan agama, ada yang murtad, satupun tidak ada yang murtad. Ini karena yang murtad ini adalah daripada orang-orang yang baru masuk islam dan pemahamannya masih membawa pemikiran-pemikiran lama. Apa itu pemahaman pemikiran lama ? yaitu bahwa pertolongan Allah ini hanya ada bersama Nabinya bukan bersama umatnya. Jadi ketika nabinya wafat maka pertolongan Allah berhenti bersama Nabinya, tidak bersama umatnya.
Dasar Pemahaman Pemikiran Lama :
Ketika Bani Israil bersama-sama Nabi Musa AS terpojok ketika menghadapi kejaran Firaun dan bala tentaranya. Didepan mereka ada lautan jalan buntu, sedangkan dibelakang mereka ada tentara firaun yang siap menghabisi mereka. Kaum Bani Israil berkata : “Kita akan tertangkap… kita akan tertangkap.” Nabi Musa malah mengatakan, “Tidak, sekali-kali tidak…. Kita tidak akan tertangkap.” Ini karena Nabi Musa AS melihat situasi dengan pandangan Bashirohnya bukan dengan pandangan Bashornya seperti yang dilakukan Bani Israil. Nabi Musa AS mampu dengan bashirohnya melihat yang tidak terlihat oleh Bashor, pandangan mata. Apa kata Nabi Musa AS :
“Innama iyya Robbi sayahdeen” : “Sesungguhnya Allah Swt, Tuhanku bersama aku”
Namun Tuhan tidak bersama mereka, Bani Israil, tafsirnya begitu. Ini karena pada waktu itu yang dakwah hanya Nabinya saja yaitu Musa AS, sedangkan umatnya tidak ikut berdakwah. Maka da’i itu selamanya bersama Allah Swt.
Note Penulis :
Dasar Pemahaman Pemikiran baru
Inilah bedanya ummat terdahulu dengan umatnya Rasullullah Saw. Umat terdahulu adalah umat yang Abid karena tidak mendapatkan perintah dakwah. Sedangkan umat Rasullullah Saw ini adalah umat yang Da’i karena mendapatkan perintah melanjutkan dakwah Nabi Saw hingga akhir kiamat. Sedangkan untuk umat ini ketika Rasullullah Saw dalam pengejaran kafir Quraish bersama Abu Bakar RA, terjebak di gue Thur, dalam keadaan mencekam Nabi Saw katakan :
“La Tahzan Innaloha Ma’ana” : “Jangan Khawatir Allah Swt bersama Kita”
Ini karena Allah Swt bersama Rasulullullah Saw dan Abu Bakar RA yang seorang Da’i. Berbeda perkataan Musa AS kepada Umatnya yang abid. Secara tata bahasa kita bisa melihat perbedaan pemikiran lama dan pemikiran baru yaitu letaknya adalah dalam pertolongan Allah Swt :
1. “Innama iyya Robbi sayahdeen” : “Sesungguhnya Allah Swt, Tuhanku bersama aku”
(Pemahaman pemikiran lama) à Allah bersama Nabinya bukan Umatnya.
1. “La Tahzan Innaloha Ma’ana” : “Jangan Khawatir Allah bersama Kita”
(Pemahaman pemikiran baru) à Allah bersama Nabi dan Ummatnya asbab Dakwah.
Pemikiran dan pemahaman yang lama ini masih terbawa oleh mereka yang baru masuk islam, menjadi suatu prinsip bagi mereka dalam memutuskan keadaan. Sehingga ketika Rasullullah Saw wafat mereka mengira bahwa pertolongan Allah tidak lagi bersama umatnya, maka dengan mudah merekapun meninggalkan islam, menjadi murtad. Mereka yang murtad ketika itu wajib pilihannya bagi Abu Bakar RA sebagai Khalifah untuk memerangi mereka, karena nantinya bisa menjadi ancaman dalam situasi yang genting pada waktu itu. Pilihannya hanya dua bersama Allah dan RasulNya atau bersama Musuh Allah yang akan menyerang pada waktu itu. Inilah musibah yang pertama setalah wafatnya Rasullullah Saw yaitu munculnya pemurtadan sejumlah orang-orang ketika itu.
Musibah yang kedua setelah wafatnya Rasullullah Saw, orang tidak mau lagi membayar zakat. Maka Abu Bakar RA sebagai khalifahnya Rasul ingin agar suasana agama yang ada di jaman Rasullullah Saw ini sama dengan masa di kekhalifahannya. Kecintaan Abu Bakar RA ini kepada islam telah membuat Abu Bakar RA ketika itu mengambil sikap dalam menghadapi pengemplang Zakat :
“Lauman auni inqolan kamilu addunahu fi addin Nabi La qod khalbu”
Artinya : “ Kalau ada orang yang berzakat pada jaman Nabi Unta bersama Talinya, sekarang kurang tali saja tetap akan saya perangi dan saya bunuh”
Ini karena apa ? ini karena didalam seutas tali ini yang mengikat leher unta sekalipun, juga ada hak daripada fakir miskin. Orang miskin pada saat itu tidak ada yang demonstrasi walaupun mereka tidak membayar zakat. Baru-baru ini ada program pemerintah yaitu “Bantuan Langsung Tunai” untuk fakir miskin. Namun yang mengantri meminta bantuan ini bukan saja dari kalangan fakir miskin saja, dari kalangan yang mampupun ikut mengantri, inilah kondisi kita hari ini. Sedangkan di jaman Sahabat RA pada waktu itu jangankan orang yang mampu, orang yang miskin sekalipun tidak ada yang mengemis-ngemis meminta bantuan. Pada waktu itu seolah-olah tidak ditemukan keluarga yang miskin, padahal ada. Ini karena apa ? Orang yang tidak tau betul-betul keluarga si fakir miskin akan mengira si fakir ini orang yang mampu, karena mereka tidak pernah menampakkan wajah susahnya, ataupun pernah mengadu kesusahan. Orang-orang seperti ini tidak pernah menampakkan wajah susahnya, tidak pernah berharap, walaupun tidak punya apa-apa. Inilah kehidupan orang-orang yang telah di Ridhoi Allah Swt. Maka Khalifah ketika itu Abu Bakar RA lebih tau akan hak daripada orang-orang miskin, walaupun mereka tidak meminta. Abu Bakar RA tampil kedepan menyuarakan suara orang miskin ini, dikarenakan beliau pernah kaya dan Jatuh miskin untuk memperjuangkan agama. Jadi orang yang jatuh miskin karena memperjuangkan agama inilah yang berhak menyuarakan suara dari orang-orang miskin. Namun jika orang miskin jadi kaya, ini kebanyakan jadi lupa kepada Allah Swt.
Maka datangnya harta dalam kehidupan kita bisa menjadi suatu musibah. Dulu kalau di Sragen ini orang-orang berbondong-bondong ke malam ijtima ini pakai sepeda, kalau sekarang sudah pakai motor. Namun seringkali mereka suka mengatakan perkataan yang keliru : “Alhamdullillah sekarang kita sudah mendapat nusroh dari Allah.” Inilah keadaan kita hari ini. Jadi sorang khalifah harus tahu betul daripada hak-hak daripada orang miskin.
Lalu musibah yang ketiga ini setelah wafatnya Rasullullah Saw ini adalah munculnya nabi-nabi yang palsu membawa pemikiran-pemikiran yang palsu. Sehingga ketika itu Abu Bakar RA mengeluarkan rombongan untuk mengahadapi pemikir-pemikir palsu tadi.
Musibah yang ke empat adalah ancaman serang dari luar Madinah yaitu bala tentara Romawi yang siap menyerbu. Bagaimana Abu Bakar RA menyelesaikannya ? dengan mengeluarkan rombongan-rombongan sebanyak-banyaknya hingga hampir-hampir tidak ada sahabat yang tersisa di kota madinah. Kejadian ini membuat pasukan romawi bergetar karena mereka menyangka jika laki-laki yang dikeluarkan dari madinah sebanyak itu bagaimana yang tinggal di dalamnya. Mereka berpikir kalau kita menyerang kedalam pasti kita akan terjebak dengan rencana mereka terkepung dari luar dan dalam. Pasukan Romawi tidak tahu asbab kebijakan Abu Bakar mengeluarkan rombongan sebanyak-banyaknya, kota madinah kosong dari laki-laki. Mereka menyangka secara logika tidak mungkin Abu Bakar RA mengirim semua laki-lakinya keluar Madinah dan membiarkan kota madinah kosong. Jadi menurut mereka tentara romawi, bahwa ini taktik jebakan umat islam. Namun asbab dari perintah Allah dan sunnah Rasul, Abu Bakar RA bukannya menarik rombongan bahkan mengirimkan rombongan sebanyak-banyaknya di jalan Allah memperjuangkan agama.
Jadi apa aja yang masalah yang dihadapi Khalifah Abu Bakar RA setelah wafatnya Nabi Saw :
1. Orang Murtad
2. Orang Tidak Mau Bayar Zakat
3. Nabi Palsu
4. Tentara Romawi
Bagaimana cara Abu Bakar RA menyelesaikan masalah ketika itu :
1. Berangkatkan segera rombongan Usmah bin Zaid RA yang telah dibentuk Nabi Saw.
1. Berangkatkan rombongan sebanyak-benyaknya untuk menhadapi Murtadin, Pengemplang zakat, dan Nabi Palsu, hingga tidak tertinggal satu laki-lakipun di Madinah
Hasilnya :
1. Orang-orang kembali masuk islam
2. Orang-orang kembali membayar Zakat
3. Nabi Palsu ditumpas
4. Pasukan Romawi batal menyerang karena ketakutan
Inilah cara Abu Bakar RA menyelesaikan masalah yang banyak dan bertubi-tubi ketika itu yaitu dengan mengeluarkan rombongan-rombongan di jalan Allah. 4 masalah diselesaikan dengan 1 cara yaitu keluarkan rombongan pergi di jalan Allah. Hari ini kalau orang tidak bayar zakat bagaimana solusinya simposium dulu, diskusi dulu, rapat dulu, namun rombongan tidak ada yang dikeluarkan. Maka akhirnya kita hari ini ditipu dengan utang-utang yang besar. Dengan cara Rasullullah saw, satu saja caranya yaitu dengan mengirimkan rombongan sebanyak-banyaknya, maka Allah akan selesaikan masalah. Ini adalah shiroh Nabawiyah, dan inilah kehidupan daripada Rasullullah Saw dan Sahabat RA. Padahal hari ini banyak kita dengar bahwa banyak dikepulauan-kepulaun kita orang menjadi murtad, masih banyak orang tidak mau membayar zakat, namun semua ini hanya kita denger sebagai berita-berita saja. Namun hari ini karkun tertibnya sudah dirubah-rubah menjadi tertib selebriti, hanya ada berita-berita saja seperti di koran-koran. Da’i ini bukanlah pembuat berita melainkan pembuat sejarah. Kalo celebrity ini kerjanya meramaikan koran-koran, tetapi kalo da’i ini meramaikan halaqoh-halaqoh dan mahalah-mahalah di tempatnya masing-masing. Walaupun sudah demikian gawatnya pemurtadan terjadi, agama ditinggalkan, namun tetap saja rombongan yang dikeluarkan masih dibawah target. Kita ingin keadaan kembali seperti di jaman Rasullullah, kita ingin yang murtad kembali ke islam, namun kita tidak ingin usaha, bagaimana bisa ? Kita tidak mau berusaha namun pingin mendapatkan hasil, bagaimana bisa ? Dizaman Abu Bakar RA mungkin hanya zakat yang ditinggalkan, namun hari ini kita hampir semua perintah Allah ditinggalkan oleh ummat. Bahkan sholatpun ditinggalkan oleh ini ummat. Padahal di dalam sholat itu ada dialok mesra antara hamda dan khaliknya. Dalam setiap bacaan ini ada jawaban Allah yang halus yang tidak terdengar oleh kita. Ketika kita membaca Al Fathihah :
1. Alhamdullillahi Rabbil Alamin
Maka Allah akan membalas : “Hammi dari Abdi” artinya : “Hambaku telah memujiku”
1. Arrahmanni Rahiim
Maka Allah akan membalas : “Wattana ‘ilayya Abdi” artinya :“HambaKu terus-terusan Memujaku”
1. Malikiyawmid Deen
Maka Allah akan membalas : “Maddajjani Abdi” artinya : “Hambaku Mengagungkan Aku”
1. Iyyakana’budu wa Iyyakanash Ta’in
Maka Allah akan membalas : “Hadzana Baini wa Baina Abdi” artinya ini hanya diantara Aku dan HambaKu saja” yang lain tidak boleh ikut campur, maka apapun yang dia minta akan Aku perkenankan pada saat ini. Apa itu yang diminta :
1. Ihdinash hirotol Mustaqiem Shirtolladzi na an’amta alaihim ghoiri Maghdu bi alaihim waladh dhollin
Rupanya mereka meminta Hidayah, petunjuk ke jalan-jalan orang yang aku Ridhoi.
Inilah sebaik-baiknya doa yaitu memohon hidayah, bukan meminta harta atau jabatan. Inilah bahasa-bahasa di dalam sholat, namun sudah ditinggalkan ummat. Orang-orang yang membawa pemikiran-pemikiran palsu, seperti pemikiran nabi-nabi palsu, mulai bermunculan. Pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan perintah Allah dan kehidupan Nabi Saw di agung-agungkan seperti emansipasi wanita ala barat, Jaringan Islam Liberal, dan lain-lain. Bahkan orang yang mengklaim sebagai nabipun juga bermunculan pada hari ini. Namun apa yang kita perbuat hari ini. Jika hal ini dibiarkan berkembang maka akan berkembang kemana-mana. Supaya fikir kita tidak kemana-mana maka haru kita ikat dengan perintah-perintah Allah, walaupun itu tidak masuk akal. Jika tidak maka pemikiran kita akan melantur kemana-mana dan lupa perintah Allah Swt. Akibatnya lahirlah pemikiran-pemikiran bebas seperti Nabi-nabi palsu, dan menganggap orang-orang yang keluar di jalan Allah ini adalah orang-orang yang kolot. Padahal orang-orang yang kolot-kolot seperti inilah yang di cintai Allah Swt dan RasulNya. Bahkan Nabi Saw katakan :
“Khoirul quruni Khorni” : “sebaik-baiknya zaman adalah zamanku”
Rasullullah Saw mengatakan di zamannya lah sebaik-baiknya zaman atau “Khoirul Qurun”. Dimana onta masih dipakai sebagai kendaraan utama, belum ada mobil dan pesawat, tetapi itulah sebaik-baiknya zaman, Ini karena apa ? agama sempurna diamalkan dan bersih dari pemikiran-pemikiran palsu. Pada hari ini Romawi dan Yahudi bukan saja merencanakan menyerang, namun sudah masuk dalam kehidupan umat islam. Berapa banyak orang yang mengatakan benci sama yahudi dan romawi atau nasrani namun kehidupan mereka yang membenci sama dengan yahudi dan nasrani. Bahkan kehidupannya menolak daripada kehidupan Rasullullah Saw dan sahabat karena pengaruh kehidupan yahudi dan nasrani ini. Maka bagaimana jalan keluarnya yaitu sebagaimana pemikiran Abu Bakar RA yaitu dengan mengeluarkan rombongan sebanyak-banyaknya. Kita kirim rombongan-rombongan ke negeri jauh dan ke pelosok-pelosok negara kita, untuk mengobati daripada penyakit-penyakit keimanan akibat virus-virus kehidupan yahudi dan nasrani.
Insya Allah semua bersedia !!